Selasa, 09 Oktober 2007

25 Kritik Eep Saefullah Fatah pada Umat Islam

Nama Daarul Ihya sudah tidak asing lagi di kuping sejumlah tokoh ulama dan umara. Lembaga pembinaan umat ini dipimpin Drg Heru Wijaryadhi Djarkasi, seorang tokoh yang dikenal dekat dengan KH Abdullah Gymnastiar atau populer disebut dengan sapaan Aa’ Gym.
Lokasi Daarul Ihya juga tidak sulit ditemukan. Dia berada di sudut Jalan KS Tubun yang bertautan dengan Kompleks Masjid Raya Mujahidin.
Di bulan Ramadan ini Daarul Ihya tidak lupa menjamu buka puasa bersama para yatim. Dan kemarin, buka puasa bersama dilakukan untuk kalangan remaja plus saya dari Borneo Tribune.
Acara buka puasa bersama ini tidak seperti biasanya diisi dengan tausiah, melainkan diskusi. Bahan diskusinya adalah headline Daarul Ihya News yang melaporkan 25 kekeliruan politik umat Islam yang merupakan bahan renungan ilmuan muda muslim Eep Saifullah Fatah.
Di dalam 25 pendapat Eep tersebut dikemukakan sikap umat Islam yang patut dikoreksi adalah senang membuat kerumunan, tapi tidak rajin menggalang barisan. Suka marah, tidak suka melakukan perlawanan. Reaktif, bukan proaktif. Suka terpesona oleh keaktoran, bukan oleh wacana atau isme yang diproduksi atau dimiliki sang aktor.
Sikap umat Islam lainnya yang patut dievaluasi adalah sibuk berurusan dengan kulit, tidak peka mengurusi isi. Gemar membuat organisasi kurang mampu membuat jaringan. Cenderung memahami segala sesuatu secara simplistis, kurang suka dengan kerumitan kecanggihan padahal inilah adanya segala sesuatu itu.
Kata eep Saifullah Fatah, umat Islam sering berpikir linear tentang sejarah dengan rumus dealektika atau sinergi. Enggan melihat diri sendiri sebagai tumpuan perubahan, sebaliknya cenderung berharap perubahan dari atas atau para pemimpin.
Senang membuat program, kurang mampu membuat agenda. Cenderung memahami dan menjalani segala sesuatu secara parsial, tidak secara integral atau kaffah.
Senang bergumul dengan soal-soal jangka pendek, kurang telaten mengurusi agenda jangka panjang. Terus menerus menyerang “musuh” di markas besarnya, abai pada prioritas pertama “menyerang musuh” pada gudang amunisinya.
Kerap menjadikan politik sebagai tujuan bukan politik sebagai alat. Senang mengandalkan massa abai pada fakta bahwa perubahan besar dalam sejarah selalu digarap pertama-tama oleh creative minority (ironisnya, ini justru secara spektakuler dicontohkan Nabi Muhammad SAW beserta lingkaran kecil di Mekah dan Madinah).
Umat Islam senang berpikir memakmurkan masjid, kurang giat dan serius bagaimana memakmurkan jamaah masjid. Senang menghapalkan tujuan sambil mengabaikan pentingnya metode, tidak berusaha memahami dengan baik tujuan itu sambil terus mengasah metode.
Senang merebut masa depan dengan meninggalkan hari ini atau merebut hari ini tanpa kerangka masa depan, bukannya merebut masa depan dengan mencoba merebut hari ini.
Sangat pandai membongkar dan membongkar, kurang pandai membongkar-pasang.
Sangat cepat dan gegabah merumuskan musuh baru (dan lama) sangat lamban dan enggan merangkul kawan baru. Gegap gempita di wilayah ritual, senyap di wilayah politik dan sosial.
Umat Islam sekarang ini kata Eep selalu ingin cepat meraih hasil, melupakan keharusan untuk bersabar. Senang menawarkan program revolusioner tapi abai membangun infrastruktur revolusi.
Selalu berusaha membuat politik sebagai hitam putih, bukannya penuh warna tak hingga. Sangat pandai melihat kesalahan pada orang lain, kurang suka melakukan instrospeksi.
“Marah ndak umat Islam kepada saya yah?” tanya Drg Heru. “Terlalu keraskah pernyataan Eep itu?” timpal dosen di FK Untan tersebut. Pria yang berpeci putih, baju koko putih dan berkain sarung ini bersandar di dinding sambil duduk bersila.
“Ah tidak, normal kok. Umat Islam kan harus selalu diingatkan. Perintahnya di dalam QS Al Ashri. Ingat mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran,” kata saya.
Saya memberikan penilaian bahwa headline Daarul Ihya News sangat tepat. Bahan bacaan ringan 20 halaman berbentuk ukuran buku itu dicetak 5 ribu eksemplar. “Kami belajar bikin media,” katanya.
Duduk pula sejumlah remaja dan mahasiswa-mahasiswi. Mereka melipat edisi yang hendak dibagi-bagi kepada para jamaah tersebut. Kami semua berbuka puasa bersama dan kemudian dilanjutkan dengan salat magrib berjamaah.
Daarul Ihya punya korelasi dengan Daarut Tauhid. Informasi selengkapnya dapat pula dibaca di www.daarulihya.com 



0 comments: