Jumat, 07 September 2007

Masalah Kelistrikan di Kalbar

Berikut sejumlah seri penulisan seputar byar pet listrik, black out dan solusi dari pihak PLN maupun penyuplai solar, Pertamina.


Gelap! PLN Alasan BBM

Borneo Tribune, Pontianak
Sebagian Kalbar gelap lagi. Bergiliran. Bagi-bagi kegelapan di tengah 62 tahun usia RI merdeka.
Mutia Andita, mahasiswa Fakultas Kedokteran yang baru kembali liburan semester dari Sintang mengatakan, “Pemadaman listrik hampir setiap hari, bahkan dari pagi hingga dini hari di Sintang,” katanya. Bahkan hingga malam terakhir berada di Sintang, pemadaman listrik masih dilakukan.
PLN sebelumnya melakukan pemadaman bergilir di sejumlah daerah termasuk untuk konsumen di Kota Pontianak dan sekitarnya hingga ke Kapuas Hulu karena keterbatasan daya listrik dari mesin pembangkit.
PT (Persero) PLN Wilayah Kalbar sengaja melakukan pemadaman itu. Katanya bertahap. Tujuannya menekan pemakaian bahan bakar minyak (BBM) karena stok menipis.
Akibat stok menipis maka dua pusat pembangkit listrik di Pontianak nafasnya kembang kempis. Pemadaman dilakukan karena stok BBM yang ada hanya cukup untuk satu hari operasional, terhitung Sabtu (1/9).
“Karena hal itu, sekarang PLN sudah mulai melakukan pemadaman,” terang Humas PT (Persero) PLN wilayah Kalimantan Barat (Kalbar), Kateni di Pontianak, Minggu (2/9).
Ia mengaku tidak mengetahui penyebab keterlambatan pengisian stok BBM tersebut, karena PLN secara nasional tetap mengajukan ‘order’ ke Pertamina. Alasan yang klasik.
Ia berharap Pertamina segera memasok BBM untuk pusat Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Siantan (Pontianak) dan PLTD Sungai Raya (Kabupaten Pontianak) guna mencegah terjadinya pemadaman lebih luas.
Selain di Kota Pontianak dan sekitarnya, menipisnya stok BBM juga terjadi di PLN Ranting Kapuas Hulu dan Sintang. Bahkan, menurut Kateni, sejak pekan lalu di Kapuas Hulu dilakukan pemadaman menyeluruh karena ketiadaan pasokan BBM untuk mesin pembangkit di kabupaten paling timur Kalbar itu.
“Setelah Kapuas Hulu menyusul Sintang yang belum mendapat pasokan BBM dari Pertamina,” katanya.
Untuk mengatasi hal itu, PLN telah melaksanakan tender pengadaan 23.000 kilo watt (KW) yang tersebar di Kabupaten Sanggau, Kapuas Hulu, Sintang, Singkawang, Ketapang dan Landak. Sedangkan di Kota Pontianak penambahan 2 x 7,5 Mega Watt (MW), sewa 20 MW di PLTD Siantan dan sewa 20 MW PLTD Apung di Sungai Raya.
PLN menargetkan akhir 2007 atau awal 2008 mesin-mesin tambahan itu telah dioperasikan, sehingga dapat mengurangi pemadaman dan meningkatkan pelayanan ke konsumen. Antara □


Pertamina Tolak Alasan PLN

Johan Wahyudi
Borneo Tribune, Pontianak

Pihak Pertamina komplain dengan PT PLN Persero Kalbar. Alasan pemadaman dikatakan stok BBM menimpis akibat Pertamina terlambat melakukan pemasokan BBM terhadap PLN sehingga stock operasional hanya cukup untuk satu hari operasional.
“Stok solar ada, kapal datang hari Sabtu (1/8), namun sempat terlambat masuk selama 6 jam dan baru masuk sekitar pukul 4-8 pagi disebabkan air pasang surut sedangkan stok solar sebanyak 4.471 kilo liter. Selama solar penuh juga sering ada pemadaman listrik dengan alasan daya kurang. Tetapi jangan jadi alasan keterlambatan kapal enam jam menjadi alasan untuk melakukan pemadaman, ” kata Pengawas Pemasaran dan Umum PT (Persero) Unit Pemasaran IV Kalimantan Cabang Pemasaran Pontianak, Riawan Putra, ditemui di ruang kerjanya, Senin (3/9) kemarin.
Kata Riawan, PLN perlu memiliki stok cadangan BBM untuk mengatasi kekurangan BBM operasional. Pertamina menurutnya pernah dipanggil Gubernur tentang menipisnya stok BBM PLN dan Pertamina tetap melayani keperluan PLN selama membeli dan membayar langsung.
“PLN selalu mejadi prioritas utama, satu hari PLN menggunakan solar 800 ton untuk wilayah se- Kalbar maka tidak mungkin PLN tidak ada stok cadangan untuk mengatasi masalah menipisnya BBM,” ujarnya.
“Sintang juga menunggu pemasokan dari Depo Pontianak. Jika di Pontianak terlambat otomatis Sintang juga terlambat tetapi sekarang kapal sudah berangkat ke Sintang membawa 400 ton BBM, tanggal 5 September ini tiba di sana,” tambahnya. □


"Black Out"

Borneo Tribune, Pontianak
Kondisi kelistrikan di Kota Pontianak dan sekitarnya terancam "black out" atau padam total menyusul tersendatnya pasokan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar untuk dua pusat pembangkit listrik milik PT PLN Wilayah Kalimantan Barat di Siantan (Kota Pontianak) dan Sungai Raya (Kabupaten Kubu Raya).
Pertamina menolak jika dikatakan instansi mereka yang menjadi cikal-bakal penyebab listrik byar pet sehingga terancam black-out (padam total, red). “Stok solar ada, kapal datang hari Sabtu (1/9), namun sempat terlambat masuk selama 6 jam dan baru masuk sekitar pukul 4-8 pagi disebabkan air pasang surut sedangkan stok solar sebanyak 4.471 kilo liter. Selama solar penuh juga sering ada pemadaman listrik dengan alasan daya kurang. Tetapi jangan jadi alasan keterlambatan kapal enam jam menjadi alasan untuk melakukan pemadaman, ” kata Pengawas Pemasaran dan Umum PT (Persero) Unit Pemasaran IV Kalimantan Cabang Pemasaran Pontianak, Riawan Putra, ditemui di ruang kerjanya, Senin (3/9) kemarin.
Kata Riawan, PLN perlu memiliki stok cadangan BBM untuk mengatasi kekurangan BBM operasional. Pertamina menurutnya pernah dipanggil Gubernur tentang menipisnya stok BBM PLN dan Pertamina tetap melayani keperluan PLN selama membeli dan membayar langsung.
“PLN selalu mejadi prioritas utama, satu hari PLN menggunakan solar 800 ton untuk wilayah se- Kalbar maka tidak mungkin PLN tidak ada stok cadangan untuk mengatasi masalah menipisnya BBM,” ujarnya.
Sebelumnya Humas PT PLN Wilayah Kalbar, Kateni di Pontianak, Selasa mengatakan, stok BBM saat ini hanya untuk satu hari operasional. "Dua hari lalu pasokan dari Pertamina sudah tiba, tetapi jumlahnya hanya cukup untuk stok satu hari operasional," kata Kateni. Idealnya, lanjut dia, stok BBM untuk memenuhi kebutuhan di dua pembangkit utama tersebut harus mencukupi selama enam hari operasional. "Saat ini, PLN terpaksa menerapkan penjatahan agar memperlambat kemungkinan terjadinya pemadaman menyeluruh itu," katanya.
Di tempat terpisah Kepala Cabang PT PLN Pontianak, Indradi Setiawan mengatakan, pasokan BBM untuk PLN mulai dirasakan terlambat sejak Sabtu (25/8). "Sekarang PLN tidak bisa lagi mengikuti jadwal pemadaman bergilir seperti yang telah diumumkan ke publik," kata Indradi. Ia menambahkan, PLN menjadi kesulitan untuk "mengendalikan" pasokan energi listrik supaya tidak terjadi "black out".
Sebaliknya, Wira Penjualan Rayon VI Pertamina Wilayah Kalbar, Tri Okto mengakui adanya keterlambatan pengiriman BBM terutama jenis solar ke Kalbar. "Tetapi dalam dua hari ini Pertamina sudah melakukan suplai, termasuk ke PLN. Jumlahnya 800 kilo liter," kata Tri Okto. Ia menjamin sejak Senin (3/9) dan hari ini pasokan telah kembali normal. PLN, lanjut Tri Okto, melakukan pembelian solar dengan cara bulanan sedangkan pengiriman dari Pertamina secara harian.
Aries Munandar (31), warga Jalan Tebu, Kecamatan Pontianak Barat, mengaku cukup resah karena meningkatnya waktu pemadaman bergilir yang dilakukan PLN dalam sepekan terakhir. "Dalam tiga hari terakhir, pemadaman terjadi setiap hari. Biasanya, ada jeda waktu dua hari sebelum pemadaman berikutnya," katanya. Bahrun (52), pemilik sebuah industri kecil meubel di Kelurahan Sungai Jawi Pontianak Kota mengatakan pemadaman tersebut mengganggu target pengiriman barang ke konsumen. "Terpaksa pengiriman barang ke konsumen ditunda tiga hari dari waktu yang telah dijanjikan karena pemadaman yang semakin sering terjadi," katanya.
Kota Pontianak merupakan pengguna terbesar energi listrik PLN Wilayah Kalbar. Kapasitas mesin terpasang 130 MW dengan daya mampu 110 MW, beban puncak mencapai 115 MW sehingga PLN melakukan pemadaman bergilir sejak Juli 2006. Setiap pemukiman, kawasan industri, perdagangan yang disuplai beberapa feeder atau penyulang mendapat giliran pemadaman dengan rentang waktu tiga hari. Lama pemadaman bergilir, untuk siang hari mulai pukul 06.00-16.00 WIB, malam hari 18.00-22.00 WIB. Untuk sistem kelistrikan Kota Pontianak, PLN mengurangi suplai energi antara 10-20 MW setiap hari.
Sementara itu, anggota Komisi C DPRD Kalbar, Ir Harry Triyoga menegaskan pemadaman seharian yang dilakukan PLN di sejumlah daerah di Kota Pontianak bisa membunuh usaha-usaha kecil yang sangat bergantung dengan listrik.
”Bayangkan saja berapa ruginya usaha-usaha kecil seperti fotocopy, percetakan dan offset, makanan, kue, minuman dan usaha lainnya karena tidak bisa kerja akibat listrik padam seharian. Itu bukan saja dalam sehari tetapi setiap hari. Kondisi seperti ini pelan-pelan membunuh usaha kecil,” tukas Yoga.
PLN, kata Yoga seharusnya bertanggung jawab atas pemadaman ini. ”Bila alasan BBM, itukan sudah bisa diprediksi dan dihitung sejak awal. Tentu koordinasi PLN dan Pertamina juga harus dilakukan dengan baik. Ini kan sama-sama perusahaan milik negara, tentu akan lebih mudah koordinasi maupun pemesanannya. Jangan karena satu hal, maka rakyat yang dikorbankan. Pelanggan telat saja membayar, PLN dengan cepat melakukan pemutusan. Seharusnya PLN memberikan pelayanan yang baik. Satu hari saja masyarakat rugi berapa? Kemana uang jaminan pelanggan,” tukasnya.
Yoga meminta pemerintah segera tanggap terhadap persoalan PLN sehingga usaha-usaha kecil tidak menjadi korban terus menerus. ”Ya, kalau sudah kronis, bagaimana PLN diswastakan saja sehingga mereka lebih profesional sehingga setiap ada persoalan tidak lagi memberikan alasan klasik seperti mesin rusak, BBM maupun cuaca buruk termasuk kemarau,” pungkas Yoga. □

Cakap Cagub Soal Byar Pet Listrik

Andry
Borneo Tribune, Pontianak
Semakin dekat Pilgub 15 November mendatang, semakin besar pula semangat dan harapan masyarakat yang tersebar di seantero Kalbar guna menanti gagasan dan solusi cerdas terhadap berbagai persoalan. Terutama yang sedang gonjang-ganjing sekarang: black out listrik PLN.
Para calon gubernur tak melewatkan masalah “byar pet” yang satu itu. Pasangan yang kali pertama melakukan pendaftaran di kantor KPUD Kalbar pada 21 Agustus 2007 Akil Mochtar-AR Mecer mengenai persoalan listrik menegaskan bila terpilih maka dia akan melakukan MoU dengan seluruh pimpinan perguruan tinggi di Kalbar. Hal ini dilakukan agar para akademisi segera melakukan survey dan penelitian mengenai potensi sumber daya alam apa saja yang terdapat di Kalbar dan bisa dimanfaatkan guna dijadikan pembangkit listrik untuk pemenuhan kekurangan daya listrik PLN.
Akil berpandangan ada beberapa potensi sumber daya alam Kalbar yang bisa dijadikan sumber energi guna pembangkit listrik di Kalbar. Seperti pemanfaatan cahaya matahari sebagai suatu sumber energi pembangkit listrik. Kemudian memanfaatkan potensi batu bara yang terdapat di Kalbar menjadi suatu pembangkit listrik serta memanfaatkan air yang juga banyak tersedia menjadi pembangkit listrik.
Kemudian pada 27 Agustus 2007, pasangan cagub dan cawagub yang diusung ‘Koalisi Harmoni’ Usman Ja’far-LH Kadir, usai mendaftarkan diri ke KPUD soal byar pet listrik menegaskan persoalan byar pet atau bahkan black-out tidak hanya dialami Kalbar. Seluruh rakyat Indonesia juga mengalami nasib serupa.
Namun UJ menegaskan, apabila kembali terpilih menjadi gubernur pada periode berikutnya, maka mengenai persoalan listrik di Kalbar, UJ akan memanfaatkan lahan gambut yang terhampar luas sebagai tenaga pembangkit listrik guna memenuhi kekurangan daya listrik di Kalbar.
Pasangan Cornelis-Christiandy Sanjaya lain lagi. Perihal listrik yang “bermasalah” dia berjanji akan melakukan koordinasi dengan para petinggi PLN. Baik yang ada di Kalbar maupun yang berada di Pusat. Apakah PLN masih bisa dan sanggup memberikan serta menyuplai energi listrik di Kalbar atau memang sudah tak sanggup.
Ketika memang PLN sudah tidak bisa melakukan tugasnya seperti sedia kala, maka sudah barang tentu baik pemerintah pusat maupun daerah harus segera mencarikan alternatif mengenai persoalan ini. Agar rakyat Indonesia dan masyarakat Kalbar bisa kembali menikmati sarana listrik dalam kehidupannya.
Satu paket lagi, Oesman Sapta-Lyong juga punya konsep soal memecahkan masalah kelistrikan daerah. OSO yang punya akses lokal, nasional dan internasional berjanji mengambil langkah tegas. Ia akan menekan kebocoran di tubuh PLN, menginventarisir potensi SDA untuk pembangkit listrik. □


0 comments: