Jumat, 17 Agustus 2007

Refleksi Kemerdekaan di Borneo Tribune

Sederhana. Kami duduk di lantai. Duduk sama rendah berdiri sama tinggi. Bicara sama pedas dan kritis, tapi cool disertai alternatif-alternatif. Kami urun rembug untuk share semata-mata. Semoga dengan wawasan yang luas, hidup lebih terasa merdeka.

Sedikitnya 60-an orang hadir. Mereka sebagian besar karyawan-karyawati Borneo Tribune. Sebagian undangan lain dari unsur masyarakat. Hadir "suhu" HA Halim Ramli berikut Bang Zein Taman Budaya. Hadir pencinta sastra seperti Bang Pradono dan Pay Jarot Sujarwo.
Hadir pula Ripana Puntarasa dari Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP) Jakarta sebuah lembaga yang bertujuan membantu pemerintah dalam mengurangi atau menurunkan tingkat kemiskinan di perkotaan melalui kemitraan antara pemerintah, sektor swasta dan masyarakat. Ripana adalah Institutional Development Specialist NMC-NUSSP.
Ada Maikel Yan Sriwidodo, SE, MM, Dwi Syafrianti, SH, Turiman Nur Faturrachman, SH, M.Hum, Faisal Riza, ST, notaris Heryanto. Gelak tawa dan kerut jidat mewarnai acara refleksi kemerdekaan ini.
Bernas-bernas pemikiran setiap orang yang bicara. Saya pikir, di sanalah terdapat "makna kemerdekaan". Mereka merdeka menyuarakan pendapatnya. Pendapat anak manusia soal manusia dan untuk memanusiwikan manusia.
Refleksi yang dimulai pukul 19.30 itu berakhir pukul 22.00. Usai itu masih berjalan diskusi kecil kalangan terbatas, bagi yang hoby diskusi hingga pukul 00.30. Benar-benar refleksi.

1 comments:

stefanus akim, mengatakan...

Better journalism, better lives tulis bung AH.

Makin bermutu jurnalisme dalam suatu masyarakat, makin bermutu pula kehidupan masyarakat itu.

Borneo Tribune mempunyai tanggungjawab tersebut dan menjaga tiga pilar motto, idealisme keberagaman dan kebersamaan.

regards,
SA