Senin, 08 Oktober 2007

Kupas Zakat untuk Umat

80-an orang duduk sama rendah di lantai tiga Tapaz untuk mendengarkan tausiah Ustadz Drs H Sabhan A Rasyid dalam acara berbuka puasa bersama pengusaha sukses Hermanto Mas’oen, MBA, Jumat (5/10) kemarin. Hadir antara lain Pembantu Rektor 1 Untan, Prof Dr Saeri Sagiman, M.Sc, Pembantu Dekan Fakultas Pertanian Dr Ir Sutarman, MS dan kandidat doktor Ir Gusti Hardiansyah, QAM.
Sabhan A Rasyid yang mengenakan kopiah hitam dan di bahunya bergantung syal putih duduk berdampingan dengan Hermanto Mas’oen di bagian depan. Ia memberikan tausiah dengan tema zakat, infak dan sadaqah.
Dai yang pernah duduk sebagai anggota DPRD Kalbar itu mengatakan zakat berarti mensucikan. “Harta yang kita peroleh di dalam hidup ini adalah anugerah dari Allah Swt. Di dalam menggunakannya, tidak semua bisa kita makan. Ibarat dapat ikan kakap maka tulang-tulangnya buat kucing. Kalau tulang tidak diberikan kepada kucing maka kucing pandai mencuri sendiri ikan yang sudah dimasak sekalipun. Sebaliknya jika dapat ikan teri tulang-tulangnya tak perlu diberikan kepada kucing. Artinya kakap ada hak orang lain di dalamnya. Terutama zakat adalah kewajiban bagi yang kaya atau mampu,” ungkapnya.
Bagi yang terkena kewajiban zakat, ada tempat penyalurannya, yakni Badan Amil Zakat, Infak dan Sadaqah. “Kita kalau tidak mau repot menyalurkan kepada 8 asnab penerima zakat seperti fakir miskin, musafir, muallaf, dan lain-lain, sebaiknya menyalurkannya lewat Bazis saja. Amil itu yang kelak menyalurkannya.”
Sabhan mengingatkan dengan kisah Karun. Karun adalah seorang yang kaya raya di mana untuk membawa kunci gudang harta bendanya diperlukan beberapa ekor unta. Namun Karun sombong. “Dia mengatakan harta benda miliknya bukan karunia dari Allah, melainkan atas jerih payahnya sendiri.”
Akibat kesombongan Karun tersebut kemurkaan Tuhan diterimanya sehingga ia tewas ditimpa gempa. Adapun harta bendanya lenyap ditelan bumi. “Karena itulah jika kita mencangkul kemudian dapat harta benda, orang mengatakan oi dapat harta Karun. Maksudnya ya harta si Karun,” imbuh Sabhan seraya membuat audience-nya tersenyum.
Sebaliknya Sabhan mengajak audience untuk rajin berzakat, berinfaq atau bersedekah. “Pahalanya seperti kita menyemai satu biji kemudian tumbuh tujuh cabang di mana masing-masing cabang berbuah seratus. Artinya 70 ribu persen,” kata Sabhan.
Dai kondang yang kalau memimpin zikir laksana Ustadz H Arifin Ilham ini juga mengutip firman ilahi bahwa siapa yang bersyukur atas segala rahmat dan nikmat yang diterimanya maka Tuhan akan melipatgandakan nikmat hidupnya. Tetapi jika dalam hidup seseorang tidak pandai bersyukur nikmat alias kufur nikmat, maka azab Tuhan akan terasa amat pedih.
Sabhan mengatakan, jika umat Islam menyadari akan keampuhan konsepsi zakat ini maka banyak pembangunan bisa dilakukan. “Hanya saja sayang. Umat Islam masih belum sepenuhnya sadar untuk berzakat sehingga banyak madrasah, panti bahkan rumah sakit Islam yang terbengkalai pembangunannya.”
Sabhan berhitung, dari 500 ribu penduduk Islam, jika 10 persen saja yang mampu berzakat harta Rp 1 juta maka sudah terhimpun dana Rp 5 miliar. Banyak hal yang bisa dilakukan dengan Rp 5 miliar tersebut. “Data yang saya terima dari BAZ Kalbar untuk tahun lalu dana terhimpun tak sampai Rp 200 juta.”
Sabhan tidak lupa memuji Hermanto Mas’oen yang Tionghoa beragama Katolik namun menjamu buka puasa bersama. Ia mendoakan agar kedermawanan Hermanto semakin berlipatganda dan mendapat limpahan rahmat dan berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Pembawa acara H La Eka mengingatkan waktu berbuka sudah dekat. Maka dengan membaca doa bersama, acara ditutup sementara dengan menikmati air minum penyeka dahaga. Seusai menikmati makanan ringan acara dilanjutkan dengan salat Magrib berjamaah, berzikir, berdoa dan menikmati makan malam.
Pada acara makan ini para tokoh akrab berbincang. Mereka mendialogkan pertumbuhan dan perkembangan pembangunan pertanian, kehutanan, puasa hingga politik teranyar menjelang pilkada. 



0 comments: