Senin, 27 Agustus 2007

Masuk RSA Kamis Keluar Senin


Senin-Kamis hari-hari yang baik. Bunda masuk RSA pada hari Rabu malam. Hari Kamis (23/8) pukul 11.45 sudah selesai persalinan. Bunda keluar RSA untuk back home pada Senin (27/8) pukul 12.45.

Sebetulnya aku memilih waktu cesar atas istriku pada hari Sabtu 25 Agustus. Tapi dr Triana, SPOG pada hari Sabtu dan Minggu manasik haji ke Jakarta. "Ya udahlah Ndi pada hari Kamis 23 Agustus pun tak mengapa. Ini bahkan lebih baik," kataku memotivasi.
Bergegaslah kami berangkat ke RSA. Sekitar 15 menit dari rumahku di Paris II ke kawasan KH Wahid Hasyim, Sungai Jawi. Di loket IGD langsung daftar. Aku menunjukkan Askes Kelas I Silver. "Silahkan masuk," kata petugas.
Istriku memilih VIP karena ruangannya bisa longgar. Lebih dari itu boleh keluarga tidur di ruangan ini. "Kalau ada yang menemani kan enak," ujarnya.
Kupikir demi proses kelahiran yang nyaman, aku mengaminkan. 10 tahun masa menunggu bukan waktu yang sebentar. Terlebih Andi, istriku sudah dua kali keguguran dan dikuret. Membahagiakan istri nilainya sama dengan jihad, pikirku.
Setelah proses cesar berjalan lancar, aku melihat bayiku lebih awal. Istriku melihatnya keesokan harinya, Jumat. Ia menyusuinya.
Lahap sekali Nada menyusu dari bundanya. Mungkin saking lahapnya dia pun pipis. Aku berusaha menggantikan pakaiannya, tapi kuatir juga. Akhirnya minta bantuan suster.
Namanya anak bayi, saat digantikan popoknya, eh berak pula. "Syukur minta bantuan suster," pikirku.
Rupanya kotoran pertama bayi warnanya cokelat gelap. "Makanan asli dari placenta," pikirku melihat hari-hari ajaib yang kuhadapi sebagai pengalaman-pengalaman baru.
Pengalaman lain adalah mencium pipi Nada yang baru keluar dari rahim. "Halus. halus sekali Bunda. Mas tak pernah merasakan sutera selembut ini," kata saya bercerita. Si Bunda tersenyum khas ibu ibu yang baru melahirkan.
Bunda di rumah sakit banyak ditemani Sari siswinya di SMA Muhammadiyah. Sari sedang libur pasca test perguruan tinggi.
Aku banyak mengurus Ocha yang harus masuk TK. Ocha juga tak bisa tidur di RSA. Ia selalu menangis di tengah malam. Repot jadinya.
Aku juga mengurusi izin cuti istrikut di SMPN 4 tempatnya mengajar. Begitupula di SMA Muhammadiyah. Mengurusi tebus resep dokter dan lain-lain.

0 comments: