Minggu, 26 April 2009

Clara, Profesional di Fashion karena Pressure Mama


Pemilik umur 31 nan cantik ini berbinar-binar bola matanya ketika ditanya awal mula kisah suksesnya di blantika fashion show. Pasalnya, jelita alumni Tri Sakti ini mengaku alumni Fakultas Teknik jurusan Teknik Sipil.
”Aku kayaknya kagak cocok deh ke fashion, jurusannya saja teknik, sipil lagi,” ungkap Clara Niken pemilik butik fashion di Cempaka Putih, Jakarta, Jumat malam lalu.
Clara yang malam itu mengenakan stelan baju hitam mengakui bahwa hobby mendasarnya adalah piano. Ia bahkan mengajar piano di sejumlah kursus. ”Dari hobby ini Aku sudah dapet uang. Sesekali juga tampil di lounge hotel seperti di Ritz Charlton. Posisinya ngegantiin guru private musikku kalau mereka berhalangan,” akunya.
Clara yang punya jiwa seni ini memang bertubuh mungil. Katanya, sewaktu praktikum teknik sipil, kalau ngaduk semen, para pekerja tidak percaya ada mahasiswi mungil di jurusan teknik. ”Lho, Pak Habibie juga mungil,” kata saya.
”Saya jadi ngak PD (percaya diri, red) kalau jadi pekerja profesional teknik sipil. Ntar pegawai atau pekerja saya kagak patuh lagi, maklum tubuh mereka gede-gede. Kalau Pak Habibie kan cowok,” ujar Clara yang beraksen Betawi Jakarta.
Clara adalah anak sulung dari empat bersaudara. Dia memilih teknik sipil karena ayahnya merupakan praktisi teknis. Adik-adiknya sendiri memilih ilmu sosial seperti psikologi.
Tetapi ilmu tak ada yang tidak berguna. Terbukti ilmu rancang bangunan juga berguna bagi rancangan pakaian. Clara Niken telaten menyulam sendiri aneka gaun pengantin, bahkan gaun pesta anak-anak.
”Semula Saya tidak yakin nyemplung di dunia fashion, terlebih karena jurusan kuliah Saya di teknik sipil. Tetapi mama mendorong Saya ambil kursus menjahit di masa akhir kuliah. Akhirnya ilmu itu bermanfaat dan dapat Saya kolaborasikan,” timpalnya seraya menikmati aneka sajian makan malam ala RedBean, Mega Mall.
Pemilik tubuh kuning langsat dan rambut set ini telah menggeluti fashion show sebagai desainer sejak 11 tahun yang lalu. Pahit getir wilayah kerja pro yang satu ini telah banyak Dia rasakan. Antara lain sempat tiga kali akan gulung tikar. Apa sebab musababnya?
Menurut Clara, asal muasalnya adalah SDM. ”Saya mempekerjakan lima karyawan. Mereka sempat ada yang keluar, Saya pun jadi lemah. Tetapi karyawan itu tak lama kembali lagi sehingga kami dapat teruskan pekerjaan. Memang mungkin begitu jodohnya.”
Kini butik Clara cukup besar. Dia melayani sendiri order dibantu staf-stafya. Nilai paket yang ditawarkan berkisar Rp 4 juta up. Tergantung jumlah busana, kelengkapan busana dan fotografinya.
Kehadiran Clara di Pontianak dalam rangka melihat potensi fashion di daerah ini. Dia yang berhati mulia ini juga hendak menggalang malam amal bagi sejumlah lembaga-lembaga sosial. ”Saya ingin setiap daerah tiada konflik anarkis, melainkan seni budaya bisa bersatu padu dalam karya fashion show,” imbuhnya.
Clara menunjukkan sejumlah album foto karya-karya busananya. Selain untuk pesta perkawinan, juga untuk aneka pesta formal, informal, maupun non formal.
Lantas apa komentar mama melihat putrinya kini ”jadi orang” di dunia fashion Indonesia? ”Kata Mama,” ungkap Clara menjawab, ”Akhirnya Kamu dapatkan juga kehidupanmu.” Dan kami semua tersenyum. Mama begitu berarti.


0 comments: