Dahulu sebelum Borneo Tribune terbit dua kosa kata ini—Borneo dan Tribune—masih langka. Jika mesin pencari (search engine) Google diklikkan, maka kata Borneo atau Tribune yang muncul hanya sekitar 200 item—ada web, ada tulisan dan sejumlah pengertian-pengertian di kamus seperti Wikipidia. Rata-rata jejaring maupun pengertian-pengertian itu tampil dalam Bahasa Inggris. Tapi kini, setelah kehadiran Borneo Tribune item penjelasan itu telah berlipatganda menjadi 13.100. Ini pun data per Sabtu (22/9) malam, karena data tersebut senantiasa berkembang.
Dari angka tersebut jelas menunjukkan perkembangan yang luar biasa dahsyatnya. Di mana hanya dalam empat bulan saja Borneo Tribune bertumbuh lebih dari 3 ribu persen.
Jelas dari segi bahasa pun lebih dominan Bahasa Indonesia karena yang update adalah kita. Terlebih jejaring Borneo Tribune telah kait berkait dengan lahirnya komunitas web-log Borneo Blogger Community (BBC).
Aktivitas di dunia maya ini bukan tanpa maksud dan tujuan. Kami menyadari betul bahwa kebutuhan akan informasi tidak pernah bergeser dari pola hidup manusia di muka bumi. Dia tidak pernah mati. Demikian karena Tuhan sudah menciptakan manusia dengan segala rasa ingin tahunya, rasa ingin berceritanya, rasa ingin menjelaskannya, rasa ingin merayunya, rasa ingin melukiskannya, dan segala mimpi-mimpi. Oleh karena itu kebutuhan akan informasi tak akan pernah mati. Kecuali dunia ini telah kiamat. Di kala itu informasi memang sudah tidak ada artinya lagi lantaran umat manusia pun sudah mati serta berpindah ke lain dimensi. Kecuali informasi azali yang didekritkan Tuhan berupa hasil jerih payah atas prestasi hidupnya individu per individu dalam “long journey” di muka bumi.
Sudah takdir dari Tuhan bahwa informasi itu hanya mungkin bergeser cara menikmatinya. Informasi seperti air kopi. Dari dahulu cita rasa kopi tetap begitu-begitu juga, hanya teknik penyajiannya saja yang berbeda misalnya kopi tumbuk, kopi tubruk, kopi “pancong” atau kopi “pangku” yang ngepop di Kota Pontianak, atau bahkan kopi starbuck di mana penyajiannya dirangkai dengan kemudahan berinternet-ria.
Sekali lagi informasi tidak pernah mati kecuali cara penyajiannya yang bisa berubah tergantung kode dan mode. Tergantung merk dan trademark.
Kalau dulu hanya ada telegraph, berubah ke radio. Telegraph mati.
Kalau dulu dari radio terus berkembang ke TV, koran, internet dan kombinasi ketiganya ke media online. Bahkan radio pager pun sudah almarhum karena ketinggalan mode ketimbang SMS. Tetapi kepentingan terhadap informasi tetap saja tumbuh.
Sadar akan dahsyatnya kode dan mode informasi di internet, sejak Borneo Tribune dirancang untuk terbit perdana 19 Mei 2007 sudah benar-benar mempertimbangkan dimensi internal yang satu ini. Bahkan terus mempelajari internet itu dan kemudian memanfaatkannya secara maksimal.
Untuk itulah, jika sekarang kata Borneo Tribune diklik pada search engine Google, maka langsung terpampang situs web kami www.borneo-tribune.com. Di sana sajian online Borneo Tribune dapat dinikmati—kendati sebulan terakhir ini web tersebut kami offline-kan lantaran sedang dalam rancangan baru. Godwilling selesai pada awal Oktober nanti.
Bekap informasi Borneo Tribune diatasi dengan web-web para jurnalisnya. Masing-masing jurnalis atau reporter di Borneo Tribune mengamankan arsip tulisannya di web mereka masing-masing. Melalui jalur ini pencinta Borneo Tribune tetap tidak akan kehilangan bahan informasi yang diinginkannya.
Dari sini diketahui, pencari berita di Borneo Tribune tak hanya dari daratan Kalbar, tapi Borneo (baca: Kalimantan). Bahkan lebih luas lagi dari seantero Indonesia Raya hingga mancanegara. Puluhan atau bahkan ratusan negara sudah mengklik Borneo Tribune. Mereka hits Borneo Tribune. Mereka eksplore ke dalam-dalamnya sedalam-dalamnya hingga ke tingkat web para redatur maupun reporternya.
Dari pelacakan yang dientri untuk kata Borneo Tribune, item-item web para jurnalis Borneo Tribune relatif memenuhinya. Jika tidak percaya silahkan dicoba.
Pembaca. Kerja kami itu semua diorientasikan pada kebanggaan masyarakat Kalbar pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Kami percaya bahwa kebanggaan adalah milik bersama. Milik bangsa. Milik bangsa yang bernama manusia. □
Sabtu, 22 September 2007
Search Engine Google Tentang Borneo Tribune
Posted by Noeris at 09.53
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar