Minggu, 31 Mei 2009

Jelang Masuk SD



Ocha sudah siap-siap meninggalkan sekolah Taman Kanak-Kanaknya. Ia segera menginjakkan kaki di bangku sekolah dasar. Ia sudah saya daftarkan di SD Mujahidin dengan harapan tidak terlalu jauh dengan kantor Borneo Tribune, dekat dengan lingkungan keluarga besar Mujahidin, serta tak perlu banyak penyesuaian ulang lantaran selama ini dia di Playgroup Mujahidin serta TK Mujahidin. Entar kalau SMP dia sudah bisa memilih sendiri mau sekolah di mana serta mengejar cita-citanya hendak jadi apa.
Saya juga pilihkan Ocha di SD Mujahidin karena SD ini tergolong baik mutunya. Ia setaraf dengan SD Muhammadiyah yang punya reputasi nasional. Bahkan SD Mujahidin selangkah lebih maju karena punya mesjid terbesar di Kalbar. Setidaknya saya ingin Ocha habbit dengan salat lima waktu berikut nilai-nilai disiplin, berdemokrasi maupun nilai-nilai universal lain yang terkandung di dalamnya.
Di bulan bulan terakhir belajar di TK, Ocha sudah bisa baca dan tulis serta dikte. Ia juga ikutan les private dengan Bimbel Fazli yang diasuh adik kandung saya sendiri, Lina Wardah. Ocha kelihatan sekali asyik mengikuti pelajaran-pelajarannya, baik di TK maupun di Bimbel.
Ocha juga mengajukan usul kepada saya untuk les bahasa Inggris dan mengaji. Sebuah motivasi belajar yang tinggi. Insya Allah dalam waktu dekat saya survei di lembaga mana yang tepat untuknya.
untuk

Baca selengkapnya..

Kata-kata Baru



Nada semakin menggemaskan. Kini dia berusia 19 bulan. Sudah lincah berjalan, bahkan berlari serta melompat-lompat untuk naik ke pundak ayahnya. Tak urung saat pulang kantor dan membuka pintu dia sudah tahu serta reflek berteriak, "Papa. Papaaa..."
Biasanya Nada segera menuju ke arah pintu. Ia teruskan memanggil-manggil papa, papa. Kerap kali saking gembiranya ia berteriak-teriak girang, "Papa! Papaa!"
Cape seharian bekerja segera luluh melihat si mungil nan lucu ini. Mata bundarnya semakin menggemaskan. Pipi tembemnya memantik tangan untuk menjawilnya. Reflek saya sambut lari-lari kecilnya dan segera menggendong, mencium dan mengajaknya bincang-bincang.
Memang anak usia Nada belum banyak berkata-kata. Tapi pengalaman saya membesarkan kakaknya, Ocha, anak-anak sejak dini diajak berkomunikasi akan mampu menangkap pesan. Minimal mengangguk, menggeleng, senyum, atau istimewanya menjawab kata-kata yang diajukan. Sebut misalnya Nada mengulang kata SMS saat saya mengajaknya bicara soal, "Jangan ganggu papa dulu nak, sekarang papa lagi membalas SMS. Balasan SMS ini penting karena papa bekerja di pers." Nada menjawab, "Es em es," dengan intonasi yang mengeduk-eduk hatiku. "Nak, papa bangga padamu. Kamu cerdas. Cepat menangkap kata-kata baru. Kelak papa akan ajari bahwa SMS itu artinya short message service. Bahasa Orang Puteh yang artinya pesan layanan singkat."
Nada juga sudah berani berkomunikasi dengan Stefani Jung, peserta internship programe asal Bonn University, Jerman yang selama magang stay di Meranti Indah D18. "Stefi, Stefi..." katanya mengajak dialog. Stefi pun tak jarang mengajaknya berkomunikasi. Mengajaknya dolanan. Menggendong si kecil Nada. Stefi belajar Bahasa Indonesia, Nada belajar bahasa Inggris dan Jerman. Ha ha ha.
Ya, semoga Nada dan Ocha sejak kecil sudah biasa gaul dengan bule-bule. Mampu menguasai bahasa asing. Masuk komunitas internasional sejak dini. Wawasan dan pergaulan luas tidak akan ada ruginya. Apalagi jika dibekali dengan iman yang kuat. Insya Allah, sukses dunia-akhirat. Amiin.



Baca selengkapnya..

Selamat Ulang Tahun, Rajut Kerjasama Tribune Institute, Untan dan Bonn University


Bermula dari tulisan bergerak menjadi kenyataan. Itulah rangkaian indah kerjasama antara lembaga nirlaba Tribune Institute di bidang kepenulisan dengan Universitas Tanjungpura serta Bonn University, Jerman.
Dosen Bahasa Indonesia di Program Studi Asia, Yanti Mirdayanti, MA bersama Dr Oliver Pye mengirimkan mahasiswa-mahasiswi untuk internship programe di Harian Borneo Tribune dan Tribune Institute. Pada 1 Oktoebr telah dikirim Dorina Luise Schulte disusul kemudian dengan Sina Gil Waldelich, Mathias Waldmayer, Christian Stegmann dan Stephani Jung.
Kehadiran peserta magang di tingkatan strata 1 dan 2 ini memberikan kontribusi yang besar dalam lintas bahasa, kebudayaan, dan pendidikan. Universitas Tanjungpura membuka diri untuk kerjasama di bidang pendidikan dan kebudayaan serta disambut positif oleh Program Studi Asia, Bonn University, Jerman.
Pertemuan demi pertemuan digagas. Tidak hanya di Untan, tetapi juga di Bappeda, Borneo Tribune dan Tribune Institute. Hubungan kerjasama juga digagas bersama sejumlah stakeholder maupun NGO’s yang kredibel.
Pada saat penandatanganan MoU Tripartit sekaligus digelar Seminar Internasional menyoal Bio Energi. Tampil antara lain Ketua Pusat Studi Asia Bonn University, Dr Oliver Pye didampingi Yanti Mirdayanti, MA, Kepala Bappeda Kalbar Ir H Fathan A Rasyid, Dekan Fakultas MIPA Dr Thamrin Usman, DEA, Ketua Pusat Studi Energi Dr Ir Ismail Yusuf, dan Pemred Harian Borneo Tribune, H Nur Iskandar, SP.
Hubungan kerjasama ini telah dilembagakan dengan penandatanganan piagam kerjasama yang difasilitasi International Office. Intinya adalah kerjasama di bidang pendidikan, kebudayaan dan riset-riset ilmiah. Penandatanganan MoU diwakili untuk Bonn University, Dr Oliver Pye, Purek IV Bidang Kerjasama Ir H Iqbal Djayadi, MT, dan Ketua Tribune Institute, Dwi Syafriyanti, SH, MH.
Hubungan pendidikan dan kebudayaan ini terus berjalan dan akan ditingkatkan ke Jerman. “Kita berharap tidak hanya mahasiswa dan mahasiswi Jerman yang datang ke Kalbar, tetapi juga kita dari Kalbar mengirim ke Jerman,” ungkap Kepala Bappeda Kalbar Ir H Fathan A Rasyid. Pendapat serupa disampaikan Rektor Prof Dr H Chairil Effendy saat menerima Oliver Pye di ruang kerjanya.
Hubungan kerjasama internasional terus dijalankan lembaga tripartit di atas. Bahkan di dalam Hut Emas Untan juga ditingkatkan kerjasama antara ketiga lembaga tersebut.
Stephani Jung dari Bonn University dan Borneo Tribune juga tampil di dalam Konvensi Internasional. Pada kesempatan itu juga dilibatkan para pihak dari Kanada, Belanda dan Amerika Serikat. “Kami tentu saja bangga dengan adanya kerjasama seperti ini. Kita harus menjalin kemitraan sebagai sesama warga bangsa,” kata Ketua Panitia Konvensi Internasional, Prof Redatin Parwadi.
Setakat ini seluruh kegiatan berjalan sukses. “Kami akan segera mengirim peneliti untuk proyek reklamasi Sungai Kapuas,” ungkap Oliver Pye menyusul kepulangannya ke Bonn, Jerman.
Kerjasama semakin erat di Bulan Mei karena merupakan hari jadi ketiga lembaga. Tepatnya Borneo Tribune dan Tribune Institute yang berulangtahun kedua (19 Mei) dan Untan dengan Hut Emasnya (20 Mei 1959-19 Mei 2009). Dan atas kerjasama yang berlangsung selama ini semoga dapat terus ditingkatkan. Dan tentu saja: selamat ulang tahun...


Narasi dan Foto: Nur Iskandar





Baca selengkapnya..

Gubernur Sambut Terbitnya Buku 50 Tahun Untan


Belum pernah tercatat dalam sejarah kepemimpinan pemerintahan Provinsi Kalimantan Barat di mana alokasi dana bantuan pendidikannya tertinggi seperti dicatatkan Gubernur Cornelis. Dana bantuan bagi Untan sebesar Rp 12 Miliar dipuji Rektor Chairil Effendy di dalam banyak kesempatan. Oleh karena itu kenyataan ini menunjukkan hubungan paling mesra antara Untan dengan Pemprov Kalbar.
Terkait dengan terbitnya buku berjudul Dies Emas Universitas Tanjungpura, Gubernur Cornelis menyambut dengan hangat. Di dalam pengantarnya, Cornelis menyebutkan bahwa Untan adalah lembaga pendidikan tinggi tertua dan terbesar di Kalbar. Melalui Untan, Cornelis berharap peran serta secara maksimal untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan andal.
Terkait upaya Untan terjun ke kancah internasional menurut Cornelis hal itu sebagai bentuk komitmen pembangunan. “Kerjasama dengan pemerintah juga semakin terlihat di bidang kesehatan di mana telah berdiri Fakultas Kedokteran sejak 2005. Alumninya diharapkan dapat bekerja meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Kalbar.”
Cornelis sebagai alumnus Untan. Khususnya Magister Hukum benar-benar menunjukkan kecintaannya kepada almamater. Gubernur Cornelis mengingatkan agar Untan semakin dewasa di usia ke-50. “Maklum, ibarat pohon semakin besar semakin kuat pula angin yang menerpanya.”
Melalui Dies Emas, Cornelis mengingatkan untuk intrsopeksi diri kembali. Dengan introspeksi itu akan mudah melakukan fokus secara tajam ke depan. Cita-cita akan semakin mudah diraih.

IPM Terendah
Di balik hiruk pikuk Dies Emas Untan, Wakil Gubernur Christiandy Sanjaya, SE, MM mengingatkan kondisi faktual bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalbar adalah peringkat kelima dari buntut 33 provinsi se-Indonesia. “Kalbar bahkan terendah se-Kalimantan. Kondisi ini ironis,” ujar Wagub Christiandy saat memberikan kata sambutan dalam dinner party atas jamuan makan malam Konvensi Internasional yang dihelat Universitas Tanjungpura.
Christiandy mengaku bersyukur di acara dinner party bertemu orang-orang pintar lokal, nasional dan internasional. Masalah krisis global dikupas habis-habisan dengan pendekatan multidisipliner ilmu pengetahuan. “Kalbar kaya dengan potensi sumber daya alam tetapi nyatanya masih miskin. Kami mohon solusi,” ujarnya.



Baca selengkapnya..

Network Kesempatan Meningkatkan Kualitas


Dia guru besar yang menjadi Rektor UI termuda. Umurnya baru 44 tahun. “Saya sahabat dekat Prof Chairil,” ungkap Prof Dr der Soz Gumilar Somantri saat tampil memberikan kata sambutan di acara dinner party bersama pejabat Pemprov maupun peserta Konvensi Internasional di Pendopo Gubernur, Selasa (19/5).
Dengan gaya bahasanya yang lemah lembut namun keras pada data, fakta maupun analisa, tokoh keynote speaker dalam acara konvensi tampil memikat audien. Tema yang dikupasnya di acara pembukaan konvensi berjudul Challenging the Global Crisis: University as the Main Actor for Sustainable Civilization and Humanity (Tantangan Krisis Global: Universitas sebagai aktor utama untuk peradaban yang berkelanjutan dan kemanusiaan) kembali dia ulas.
“Saya senang hadir di sini sebagai Rektor UI maupun pimpinan ASHAIL Indonesia. Saya gembira Untan dalam Hut Emasnya bisa membangun kerjasama atau networking. Kerjasama adalah kesempatan kita untuk meningkatkan kualitas,” ujarnya jadi pemberi kata sambutan setelah Rektor Untan Prof Dr H Chairil Effendy.
ASHAIL kata Gumilar bersifat terbuka. Keanggotaannya kini sudah lebih dari 100 orang dengan komposisi negara Indonesia, Malaysia dan Thailand. “Networking sangat penting untuk menjaga pengetahuan asli atau indiginous knowledge,” katanya.
“ASHAIL yang saya pimpin juga bersifat terbuka. Hanya dengan keterbukaan kita bisa mencapai kemajuan. Sulit rasanya di zaman sekarang kita menutup diri.”
Gumilar yakin lembaganya di UI, termasuk UGM, ITB, IPB mengajak dan memberikan uluran tangan bagi kampus-kampus lain. Tak terkecuali Untan. Untan telah menjalin hubungan kerjasama dengan UI. Kerjasama yang paling erat adalah Fakultas Kedokteran. Fakultas Kedokteran Untan tahun 2010 ini sudah akan menelorkan sarjana-sarjananya.
“Kita harus sama-sama berkembang membangun bangsa. UI juga terus berupaya meningkatkan ranking internasional. Tetapi ranking bukanlah tujuan. Kita bekerja keras sehingga UI telah melompati 300 universitas dunia,” paparnya.
Gumilar membentangkan contoh UI yang dipimpinnya untuk menjadi pelajaran bagi Untan yang juga hendak terjun ke kancah internasional.
UI menguatkan riset dengan spesifik. Di Asia UI telah memasuki ranking 50 besar. “Enam PTN di Indonesia masuk 200 besar internasional. Denyut UI berhasil nyata.”
Gumilar melanjutkan bahwa dosen-dosen UI ada pembagian kerjanya. Ada dosen yang spesifik ke bidang riset atau penelitian, sebaliknya ada dosen yang dispesifikkan untuk mengajar secara paripurna.
UI untuk menggapai ambisinya hendak membangun perpustakaan terbesar di dunia dengan menampung 3 juta judul buku. “Kita juga membangun Rumah Sakit UI dengan dana Rp 1,4 triliun. Kita terus melangkah dengan melihat model Boston University, Washington, California, Jerman, Inggris. Kita integrasikan menjadi pusat keunggulan ilmu pengetahuan.”
UI kata Gumilar berusaha untuk meningkatkan citra dan derajat Bangsa. “UI mengubah jati diri bangsa. Kita juga siap bekerjasama dengan Untan maupun Kalbar,” ujar Gumilar yang selama berada di Kota Pontianak menyempatkan diri meneliti ikan-ikan sungai, sempat menikmati pengkang di Wajok, maupun cah pakis. “Cah pakis ala Pontianak enak sekali,” pujinya.






Baca selengkapnya..

Terjun ke Kancah Internasional


Rektor Untan Prof Dr H Chairil Effendy dalam kata sambutan di hadapan pejabat Pemprov serta tamu Konvensi Internasional di Pendopo Gubernur, Selasa (19/5) mengutip pendapat Bung Karno, “Biasanya para tokoh daerah datang menghadap saya (Bung Karno, red) meminta dibangunkan gedung-gedung megah, tetapi Kalbar sangat luar biasa. Yang diminta adalah sebuah universitas.”
Chairil mengutip pendapat Bung Karno kala founding fathers Untan menghadap RI 1 untuk mohon restu pendirian Universitas Tanjungpura. Chairil menguak sejarah di awal 1959 di depan tetamu internasional dengan harapan mengingatkan kembali bahwa sejak dahulu kesadaran warga Kalbar akan pentingnya bidang pendidikan sudah sangat tinggi. Maka wajar di Hut Emas (Golden Anniversary) Untan digeber konvensi bertaraf internasional.
Konvensi Internasional Untan dihadiri sejumlah universitas dalam dan luar negeri. Tampil keynote speaker Rektor Universitas Indonesia, Prof Dr der Soz Gumilar R Somantri yang juga Ketua ASHAIL Indonesia dan Rektor Universitas Malaya. Hadir juga 40-an civitas akademika Unimas, Sarawak maupun panelis asing, sebut di antaranya Hui-Siang JEE Brenda, Evan Lau, Chin-Hong Puah, Shazali Abu Mansor, Ernest Cyril de-Run, Tsuyoshi Yoshomura, Siusana Kweldju, dan Stephani Jung.
Kesadaran warga Kalbar akan pendidikan sejak 50 tahun yang lalu sangat penting diaktualisasikan karena iklim kompetitif dunia saat ini semakin tinggi serta tanpa batas. Kompetisi di segala lini itu sangat ditentukan oleh bibit maupun bobot sumber daya manusia. Inti dari bobot SDM adalah pendidikan. Unit pendidikan tinggi terbesar di Kalbar adalah Untan. Oleh karena itu kepada Untan besar sekali harapan Kalbar untuk memperoleh kemajuan dan kebanggaan.
Untuk itu tema yang diangkat Untan adalah “Membangun Networking untuk Mengatasi Krisis Global.” Krisis global itu meliputi krisis ekonomi, krisis lingkungan, krisis pangan, krisis energi dan krisis sosial budaya. Untan ingin berpartisipasi secara aktif memberikan solusi atas krisis global yang dihadapi dunia era mutakhir ini. Untan di hut emasnya ingin pula mewariskan solusi-solusi ilmiah dengan tinta emas.
Untan mempunyai visi yang besar terhadap tatanan internasional. Untan Ingin tampil dengan daya saing internasional maupun terjun ke kancah internasional dengan memecahkan masalah-masalah mondial. Hal ini tampak dalam visi Universitas Tanjungpura (Untan) sebagaimana tertuang di dalam statuta pendidikannya yakni untuk menjadi institusi preservasi dan pusat informasi ilmiah Kalimantan Barat serta menghasilkan luaran yang bermoral Pancasila dan mampu berkompetisi baik di tingkat daerah, nasional, regional dan internasional.
Universitas Tanjungpura yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1959 sebagai perguruan tinggi swasta dengan nama Universitas Daya Nasional oleh Yayasan Perguruan Tinggi Daya Nasional saat ini terus berjuang mensejajarkan diri dengan perguruan tinggi-perguruan tinggi papan atas terutama di tingkat nasional. Untuk itu menurut Rektor Chairil Effendy secara bertahap Untan hendak mengejar jumlah tenaga pengajar bertaraf doktor (Strata 3/S3) sebanyak 300 orang. Upaya-upaya mencapai ke arah itu telah dilakukan dengan mempermudah pengiriman-pengiriman dosen untuk tugas belajar. “Pemprov di bawah kepemimpinan Bapak Cornelis sangat besar sekali kontribusinya mencapai visi tersebut. Tepatnya dengan mengalokasikan anggaran kepada Untan sekitar kurang lebih Rp 12 miliar.”
Tenaga pengajar Untan saat ini terdiri dari 24 guru besar (profesor) dan 118 doktor (S3). Jumlah itu terus ditingkatkan dengan keinginan mencapai 300 jumlah doktor atau pakar di bidangnya. “Kita ingin mewujudkan Untan sebagai pusat ilmiah Kalimantan Barat,” tegas Chairil.
Tenaga pengajar pada waktu Untan pertama kali berdiri adalah para sarjana dan sarjana muda yang ada di daerah Kalimantan Barat. Dalam perkembangan 50 tahun seperti diakui Chairil di dalam pengantar buku Dies Emas Untan telah banyak kemajuan dan perkembangan, tetapi selalu ada kekurangan-kekurangan yang mesti secara bertahap disempurnakan. “Tanggung jawab yang dipikul Untan semakin bertambah seiring dengan semakin beratnya tantangan yang dihadapi sebagai konvergensi dari berbagai dampak globalisasi dewasa ini. Terkait dengan hal tersebut Untan terus berupaya untuk meningkatkan kualitas secara bertahap sesuai dengan kebutuhan masyarakat,” ujarnya.
Di tahun 2009, Untan menyadari pentingnya keterlibatan secara aktif di tingkat internasional. Untuk itu Untan membangun lembaga khusus bernama International Office. Lembaga ini dipimpin Ir Elvira, MT, PhD.
“Kita di International Office berupaya menjalin sebanyak mungkin hubungan kerjasama internasional. Hubungan kerjasama yang saat ini berjalan adalah dengan sejumlah universitas di Malaysia dan Jerman,” ungkapnya.
International Office juga menjalin hubungan kerjasama dengan Kedutaan Besar Amerika di Jakarta maupun Kedubes Australia. “Sejauh ini kami merintis manajemen hubungan internasional dengan rapi dan terukur. Kita tidak mau kerjasama hanya sampai di atas kertas saja melainkan betul-betul dapat dirasakan oleh masyarakat luas,” ungkap staf pengajar di Fakultas Teknik ini.
Elvira yang berkantor di Magister Teknik mengaku gembira hubungan kerjasama dengan Bonn University yang digagas sejak Maret 2009 lalu telah mulai membuahkan hasil riset bersama perihal reklamasi Sungai Kapuas. Riset bersama itu akan dimulai pada September 2009. “Dari hubungan kerjasama internasional kita harus belajar banyak sehingga tenaga-tenaga menengah dan atas kita juga memenuhi standar internasional,” ujar alumni PhD asal Negeri Kangguru ini.







Baca selengkapnya..

Live, Pertanggungjawaban Publik


Kerjasama peringatan ulang tahun emas Untan dan dua tahun Borneo Tribune ditayangkan dalam talkshow di TVRI Pontianak dengan durasi 60 menit. Hadir Rektor Untan Prof Dr H Chairil Effendy, dosen tamu di Unimas, Dr Fariastuti, dosen Fakultas Ekonomi Unimas Hasnan Otto dan Pemred Borneo Tribune sekaligus Wakil Ketua Tribune Institute, Nur Iskandar.
Talkshow dengan tajuk pendidikan ini merupakan pertanggungjawaban publik atas ikhtiar mencerdaskan kehidupan bangsa selama 50 tahun lembaga pendidikan tinggi yang berada di pundak Universitas Tanjungpura, dan dua tahun koran pendidikan Borneo Tribune berikut lembaga nirlaba Tribune Institute.
Rektor Untan, Prof Dr H Chairil Effendy, MS di dalam talkshow menekankan bahwa Untan selama 50 tahun berdiri sudah banyak melakukan inovasi-inovasi terkait upaya menjawab masalah-masalah sosial, politik dan kemasyarakatan di Kalbar bahkan nasional-internasional. Tetapi tentu saja menurutnya masih banyak yang belum tersentuh, untuk itu Untan meredisign kembali untuk menjawab tantangan ke depan yang jauh lebih berat. Untan dirancang jauh lebih maju serta menginternasional.
Pakar ekonomi asal FE Untan yang kini menjadi dosen tamu di Unimas, Dr Fariastuti menitik-tekankan standar internasional di mana kata kuncinya adalah kerja keras dan disiplin. “Di Malaysia pendidikannya sangat maju karena kedua hal tersebut. Faktor pendukung utama di Malaysia tentu saja penguasaan Bahasa Inggris,” katanya seraya mengajak civitas akademika Untan maupun publik menguasai Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional.
Hasnan Otto mengakui bahwa usia Unimas jauh lebih muda dari Untan. “Kami belajar dari Untan. Kekuatannya kita ikuti, kelemahannya kita tidak ikuti,” ungkapnya seraya senyum. Hasnan menyarankan kerjasama regional seperti yang setakat ini sudah dilaksanakan untuk terus ditingkatkan. “Kami sering terima muhibah dari Kalimantan Barat, sedangkan kami yang jarang bermuhibah ke Pontianak,” akunya.
Hasnan Otto berikut Fariastuti memboyong sekitar 40-an peserta didiknya bertandang ke Borneo Tribune. Di kantor redaksi mereka bicara blak-blakan soal aktivitas kampus maupun hubungan timbal balik Sarawak-Kalbar. “Kita negeri Kalimantan harus maju,” picu mahasiswa dan mahasiswi yang selalu tampak enerjik.
Mahasiswa dan mahasiswi Unimas juga mengunjungi TVRI. Mereka menyimak siaran di televisi lembaga penyiaran publik tersebut.
TVRI dalam talkshownya membuka kesempatan hotline. Masuk sejumlah penelepon dengan nada kritis tapi konstruktif. Misalnya ada warga yang meminta Untan tidak hanya menelorkan sarjana yang ribuan setiap tahun, tapi juga menjamin lapangan pekerjaan bagi mereka. Cara yang diusulkan adalah kerjasama dengan Pemkab/Pemkot untuk prioritas bagi alumni Untan.
Usul ini tentu saja tidak bisa diaminkan karena tujuan pendidikan tinggi adalah berpikir akademis, sedangkan untuk rekrutmen PNS sudah ada tata aturannya yang terbuka tidak hanya bagi alumni Untan, tapi secara nasional.
Acara yang ditayangkan pada pukul 15.00 dan berakhir 16.00 itu tanpa terasa mengalirnya. Satu persatu telepon masuk dari warga untuk mencermati bidang pendidikan dan korelasinya dengan media.
Saling asah, asih dan asuh membuncah sepanjang acara talkshow. Mereka juga mengucapkan selamat ulang tahun bagi Universitas Tanjungpura yang merayakan hut emas, 50 tahun. Tak urung kepada Borneo Tribune dan Tribune Institute yang masih usia kanak-kanak, 2 tahun. Umur boleh kanak-kanak, tetapi kinerja media harus cepat dewasa. Bravo bagi kita semua.





Baca selengkapnya..

Selasa, 12 Mei 2009

Pemerintah Australia Tawarkan Beasiswa



Kantor Redaksi Borneo Tribune, mendapatkan tamu istimewa dari Departemen Pendidikan Kedutaan Besar Australia, Siska Wiliyhana, untuk menawarkan program beasiswa S2 dan S3, Selasa (12/5).
Siska ditemui langsung Pemimpin Redaksi Borneo Tribune, Nur Iskandar. Dalam kunjungannya tersebut, ia mengatakan Pemerintah Australia membuka kembali kesempatan beasiswa untuk tahun ajaran 2010/2011.
Ia menjelaskan dalam kunjungan kerja ini, Departemen Pendidikan Kedutaan Besar Australia, akan melakukan berbagai kegiatan. Diantaranya, kunjungan ke beberapa instansi pemerintahan. Seperti, kantor gubernur dan walikota, kantor-kantor dinas, serta beberapa universitas di Pontianak.
“Hal ini dimaksudkan, agar seluruh masyarakat di Provinsi Kalimantan Barat, dan khususnya Kota Pontianak, dapat memanfaatkan kesempatan yang baik ini, dan bersama-sama meningkatkan pembangunan di Kalbar, melalui bidang pendidikan,” katanya.
Seminar umum pendidikan dan beasiswa Australia akan diselenggarakan, Kamis (14/5) pukul 16.00 hingga selesai di Auditorium Untan, Jalan Ahmad Yani Pontianak.
Ia memaparkan seminar ini tidak dipungut biaya, dan terbuka untuk masyarakat umum di seluruh Pontianak dan Kalbar. Seminar akan membahas pendidikan di Australia, serta kesempatan beasiswa melalui Australian Scholarships.
Australian Scholarship merupakan sebuah inisiatif dari Pemerintah Australia, yang mencerminkan komitmen jangka panjang terhadap pembangunan pendidikan dan profesionalisme di wilayah Asia Pasifik, termasuk Indonesia.
Bentuk beasiswa dari Pemerintah Australia, terbagi dalam Australian Development Scholarships (ADS), Australian Leadership Awards (ALA) dan Endeavour Awards.
Siska mengatakan, salah satu beasiswa yang akan dikupas secara lengkap adalah Australian Development Scholarship (ADS) yang memiliki tujuan utama, meningkatkan kemampuan dan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia, melalui pemberian beasiswa studi pasca sarjana (S2 dan S3) di universitas-universitas di Australia. Sebanyak 300 beasiswa ditawarkan untuk periode 2010/2011.
“Beasiswa ADS terbuka bagi seluruh warga Negara Indonesia yang telah menyelesaikan pendidikan minimal S1,” katanya.
Persyaratannya adalah, memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal 2,9 (skala maksimal 4) dan institusinal TOEFL minimal 500, atau IELTS 5,0 atau Internasional TOEFL 170. Pendaftaran akan dibuka 15 Juni 2009, dan ditutup 4 September 2009.
Beasiswa ADS mencakup biaya pendidikan, biaya hidup, biaya perjalanan, asuransi kesehatan, pelatihan Bahasa Inggris, serta biaya-biaya lainnya, yang dibutuhkan selama menempuh studi di Australia.
“Selain beasiswa ADS, dalam sesi informasi ini juga, akan dibahas mengenai kedua beasiswa lainnya, yaitu Australian Development Scholarship dan Endeavour Awards.
Informasi lebih lanjut bisa menghubungi Siska Wiliyhana, MBA di nomor (021) 5229675 atau website www.adsindonesia.or.id dan www.austalianscholarships.gov.au. (Aulia Marti)




Baca selengkapnya..

LKTI Mahasiswa Berhadiah 9 Laptop


Dies Natalis Untan yang ke-50 ditandai pula dengan Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) yang spektakuler karena berhadiah 9 buah unit laptop. LKTI tingkat mahasiswa di lingkungan kampus biru ini meliputi bidang Pengetahuan Alam, Pengetahuan Sosial dan Pendidikan.
”Kita memberikan hadiah sembilan unit laptop karena berorientasi pendidikan,” kata Ketua Panitia Dies Natalis Emas Untan, Edi Suratman. Doktor bidang ekonomi yang pakar di bidang perbatasan ini dalam sebuah wawancara mengakui bahwa LKTI merupakan inti kekuatan mahasiswa.
”Sekali lagi kita menekankan pendidikan. Lomba yang paling berkarakter pendidikan, khususnya penulisan ilmiah adalah LKTI,” kata Edi yang juga Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan.
Tidak keliru Untan menggelar LKTI dengan hadiah begitu besar bagi kalangan mahasiswa. Hal tersebut dikarenakan Untan secara nasional cukup menonjol sebagai pelanggan juara LKTI. Baik bidang IPA, IPS maupun Pendidikan.
LKTI diselenggarakan sepanjang Mei 2009. Saat ini sudah menginjakkan kepada fase final. ”Ada 25 finalis yang tentu saja bersaing sangat ketat,” ungkap Edi.
Edi menuturkan bahwa agenda Hut Emas Untan kali ini tidak hanya LKTI, tetapi juga upacara Hardiknas, seminar sex sehat dan harmonis bersama Dr Boyke, bazar dan pameran, jalan santai serta seminar internasional. Khusus untuk seminar internasional digelar pada 18-19 Mei di Untan dengan menampilkan pembicara kunci Rektor UI dan Rektor UM, Malaysia. Pada seminar internasional itu digunakan dua bahasa. Indonesia dan Inggris. Pesertanya juga dari manca negara, baik Asia maupun Eropa serta Amerika.
”Pada 20 Mei, tepat di hari Dies, kita menghadirkan Mendagri untuk orasi ilmiah bertajuk Membangun Rumah Besar Indonesia, Kembali pada Idiologi dan Jati Diri Bangsa.”
Kesibukan Dies Natalis selain pada sektor akademik, juga konsolidasi alumni. Oleh karena itu digelar temu alumni akbar. ”Nama kegiatannya adalah Home Coming Day. Kita undang rektor, mantan rektor hingga seluruh alumna dan alumni,” tandas Edi yang pada 18 Mei mendatang harus presentasi di Bappenas terkait tugas-tugas akademiknya di Rektorat Untan.
Masih menurut Edi, di ajang Hut Emas Untan, para dosen juga meluncurkan buah karya mereka. Tepatnya buku-buku dosen serta buku 50 tahun Untan. ”Pada Juli 2009 kita juga menggelar Konvensi Kampus Forum Rektor Indonesia. Hal ini tak terlepas dari peran aktif Bapak Rektor, Chairil Effendy yang menjadi Ketua Forum Rektor Indonesia,” ungkapnya.
Rektor Untan, Chairil Effendy juga meluncurkan buku saat pidato pengukuhannya sebagai guru besar sastra lisan. Ia melaunching buku berjudul Anak Hantu. Anak Hantu diadaptasi dari cerita-cerita sastra lisan yang hidup di tengah masyarakat Kalbar.



Baca selengkapnya..

Untan Helat Seminar Internasional Bahas Krisis Global


Universitas Tanjungpura dalam dies natalisnya yang ke-50 tak tanggung-tanggung berbuat bagi rakyat, bangsa dan negara. Topik besar krisis global hendak dikupas, dicarikan solusi alternatifnya sehingga bisa tercapai kesejahteraan lahir maupun batin.
“Kami siap menggelar seminar internasional dengan topik bahasan krisis ekonomi, krisis lingkungan, krisis pangan, krisis energi dan krisis sosial budaya,” ungkap Ketua Panitia Seminar Internasional, Prof Redatin Parwadi, MA.
Maksud dan tujuan penyelenggaraan seminar internasional itu menurut Redatin yang juga guru besar di program pasca sarjana sosiologi Fisip Untan adalah meningkatkan partisipasi dalam membangun kawasan melalui komunikasi dan kerjasama. Selain itu menata ulang kerjasama antar universitas. “Seminar internasional ini kerjasama Untan dengan ASHAIL dan Konferensi Antar Universiti Borneo-Kalimantan,” sambung Redatin.
Tujuan berikutnya lanjut Redatin adalah mendiskusikan dan berbagi pengetahuan tentang kerjasama dan pembangunan regional, menumbuhkan kesadaran dan kepekaan akan arti penting adanya stabilitas suatu kawasan sebagai prasyarat bagi pembangunan yang berkelanjutan. Memberikan kontribusi positif dan konstruktif dalam menyikapi dampak krisis global.
Waktu penyelenggaraan seminar internasional ini pada Senin, 18-19 Mei bertempat di Universitas Tanjungpura. Akan tampil sebagai pembicara kunci Rektor Universitas Indonesia dan Rektor Universitas Malaya. Selain itu juga akan tampil pemakalah sekitar 20 ilmuan maupun praktisi.
Redatin mengatakan, keynote speaker dari UI dan UM akan mengupas lebih dalam tema sentral yakni Membangun Networking untuk Mengatasi Krisis Global. Adapun peserta dari seminar internasional ini terlebih dahulu harus mendaftar kepada panitia pelaksana.
Di tempat terpisah, alumni program master di Fisip Untan yang kini menyelesaikan program doktoralnya di UKM, Malaysia menyatakan tertarik untuk mengikuti kegiatan seminar. Dia mengirimkan abstraksi makalah dengan topik sosial budaya. Sementara itu Stephanie Jung dari Bonn University juga akan tampil membawakan makalah berjudul Student Movement in Germany.
Sejumlah tamu manca negara juga akan hadir dari seminar internasional ini. Mereka antara lain dari Kanada dan Belanda.
Seminar internasional ini akan membukukan butir-butir pemikiran para ilmuan dan praktisi. “Kita akan buat buku prosidingnya. Buku ini kelak akan kita sebarluaskan sebagai bentuk sumbangsih pemikiran Untan dalam Hut Emasnya kepada publik yang sedang diterpa krisis global,” urai Prof Redatin.



Baca selengkapnya..

Minggu, 10 Mei 2009

Rektor Untan Bagikan Anak Hantu

Sepanjang sejarah berdirinya Universitas Tanjungpura belum pernah terjadi dalam acara pengukuhan guru besar ada sebuah kejutan. Kejutan itu terjadi di tengah nuansa ulang tahun emas universitas negeri terbesar di Kalimantan Barat. Apa itu? Pembagian Anak Hantu.
Anak Hantu itu ada tiga. Tepatnya tiga beradik. Hantu sulung, tengah dan bungsu. Hantu tua suka menyanyi-nyanyi, menari-nari, rambutnya panjang, bagian belakang dibelah, diikat. Hantu tengah kalau berjalan berlenggak-lenggok, memandang ke atas, membusungkan dada, bersiul-siul. Bila berjumpa dengan barang-barang orang misalnya tanaman dipatahkan, anak kambing ditendang. Hantu bungsu pengakal sukatan. Sekilo dikatakan delapan ons, delapan ons dikatakan sekilo.
Mengerikan? Tidak, bahkan menggelikan. Anak Hantu yang dimaksudkan adalah buku buah karya pakar folklore yang bakal dikukuhkan sebagai profesor, H. Chairil Effendy. Ia mencetak buku khusus karya teranyarnya di samping buku pidato pengukuhan guru besar tetap dalam bidang ilmu sastra berjudul Sastra Lisan, Kearifan Lokal dan Pembangunan Berkelanjutan.
Buku berjudul Anak Hantu itu merupakan Seri Dongeng Melayu, seperti Anak Hantu adalah sastra lisan buah penuturan Marjani di Kampung Sejangkung, Kecamatan Sejangkung dan direkam ulang pada 25 Juli 1990. Direkam, ditranskripsikan, diterjemahkan, dan ditulis ulang dengan perubahan sekadarnya.
Anak Hantu adalah satu dari lima cerita rakyat yang dihimpun menjadi satu buku. Cerita rakyat lainnya adalah Si Bondang, Si Arif dan Si Bahlul, serta Si Jalal dan Si Jalil, serta Si Rancah Matahari dan Si Rancah Bulan.
Tiga Anak Hantu menceritakan tentang putri semata wayang seorang raja yang jatuh sakit. Semua orang pandai tak berhasil menyembuhkannya terkecuali seorang pria pinggir kota yang sangat miskin.
Si Miskin tak dinyana mampu membuat air penawar. Si Miskin memberikan amanah kepada raja untuk memberi hadiah kepada tiga anak hantu. Dari kisah pengembaraan menemukan tiga anak hantu ini dapat dipetik banyak pelajaran hidup kemanusiaan. Antara lain sifat welas asih, ramah tamah, sopan santun dan keikhlasan.
“Sepanjang saya menjadi jurnalis dan mengikuti proses pengukuhan guru besar di Untan, rasanya baru kali ini ada pengukuhan yang membagi-bagikan buku selain buku pidato pengukuhan,” kata saya dalam wawancara bersama Chairil di rumah pribadinya, Minggu (10/5) kemarin. “Seingat saya juga begitu,” kata Chairil yang semasa jadi aktivis mahasiswa juga menggeluti pers kampus. Tepatnya Mimbar Untan.
“Kalau begitu ini tradisi baru?” kata saya. Chairil hanya tersenyum. Ia mengatakan bahwa ia merintis tradisi akademis. “Saya ingin menunjukkan kepada civitas akademika bahwa sesibuk-sibuknya menjadi rektor masih sempat menulis.”
Chairil yang kemarin mengenakan kaos biru berkerah dipadu celana jeans biru gelap dengan santai menyeruput teh. Di depannya ada Dekan Fakultas Hukum, Garuda Wiko dan Dekan Fakultas MIPA, Thamrin Usman.
Ia menambahkan bahwa di dalam buku pidato pengukuhannya juga menggunakan referensi-referensi terbaru. “Saya ingin memberikan contoh bahwa sesibuk apapun sebagai rektor, masih sempat membaca dan menulis,” ujarnya.
Chairil Effendy menjadi pakar folklore dimulai dengan ketertarikannya kepada Nek Keti, nenek dari sisi ayahnya. Nek Keti punya keahlian mendongeng, yang dalam bahasa akademis diistilahkan dengan sastra lisan. “Kami sejak kecil diiringi dongeng sebelum tidur. Dongeng dongeng itu sangat berkesan di hati saya sampai sekarang,” lanjut Chairil.
Menjadi pakar di bidang sastra dengan warisan sang nenek, Chairil tidak melupakan Ne Keti. Di bagian pendahuluan nyaris selembar ia lambungkan puji-pujian.
Pria kelahiran Singkawang, 9 Mei 1957 ini di dalam buku pidato pengukuhan guru besarnya mengucapkan terimakasih khusus kepada neneknda tercinta. Dan dari warisan dongeng itu, hari ini Chairil dikukuhkan dengan predikat baru, profesor. Adapun buku Anak Hantu yang dibagikannya adalah buah karya yang ke-18 dari buku-buku yang sudah diterbitkan.





Baca selengkapnya..

Sabtu, 09 Mei 2009

Stop Merokok, Chairil Figur Teladan


Chairil Effendy. Nama ini siapa yang tidak kenal? Dia adalah Rektor Universitas Tanjungpura yang terpilih dengan suara mayoritas setelah relatif sukses menjadi Dekan FKIP Untan.
Saat menjadi Dekan, Chairil menggebrak belantika akademik secara serius. Dia melaunching 12 judul buku yang ditulisnya berdasarkan hasil riset. Gebrakan ini belum pernah terjadi sebelumnya di Untan.
Pujian pun datang. Salah satu di antaranya adalah Dosen Bahasa Indonesia di Bonn University, Yanti Mirdayanti, MA. ”Langka seorang ilmuan bisa melakukan gebrakan seperti Pak Chairil,” ungkap Yanti saat duduk satu forum bersama Chairil menyoal jurnalisme lingkungan hidup di Ruang Sidang Rektorat Untan.
Yanti Mirdayanti mendapatkan hadiah buku buah karya Chairil. Buku-buku itu dia bawa ke kampusnya di Jerman.
Nama Chairil sebelumnya juga sudah terkenal dan dikenal masyarakat luas sebagai ilmuan humaniora. Dia memecahkan rekor disertasi terberat dengan mengangkat tema Teks Raja Alam, Sambas. Tebal disertasinya nyaris sejengkal. Beratnya lebih 1 kg. Nilainya juga tak kepalang tanggung, cum laude.
Chairil yang kelahiran Singkawang pernah menjabat sebagai Kepala Pusat Studi Melayu Untan, Sekretaris Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kalbar, Ketua Korp Alumni HMI (KAHMI) dan kini tercatat sebagai satu-satunya akademisi Kalimantan yang menjadi Ketua Forum Rektor Indonesia. Jabatan yang sekaligus kepercayaan memimpin Forum Rektor Indonesia melambungkan nama Untan. Pada Dies Natalis Untan ke-50 (Hut Emas, red) ditempatkan sebuah kegiatan bertajuk Konvensi Kampus, Juli 2009.
Di tingkat nasional nama Chairil juga sudah tidak asing. Dia pernah berkiprah di MPR RI sebagai Utusan Daerah. Di MPR RI, banyak pikiran-pikiran Chairil terkait otonomi daerah dan demokrasi yang terserap.
Dengan reputasi besar seperti itu, Chairil layaknya ditempatkan pada status pemimpin nasional. Terlebih sepak terjangnya hingga kini sangat mengagumkan.
Jika dilihat secara fisik, Untan terus berdandan. Di bawah kepemimpinannya berdiri artefak-artefak baru di halaman Gedung Auditorium. Ada bungalow anggrek, pusat pameran, dan halaman depan Rektorat pun ditata menjadi lebih indah. Di gapura yang dibangun masa Prof Mahmud Akil disempurnakan dengan profil tugu gemar membaca. Simbolisasi dari buku yang terbuka. ”Pembangunannya sedang berlangsung,” kata Chairil.
Untan di usia yang ke-50 menurut Chairil perlu didesain ulang. Untan 50 tahun ke depan harus bisa menjawab tantangan zaman. Fisik maupun non fisik.
Secara fisik, Untan harus ditata ulang. Kekokohan bangunannya mesti dihitung. Sedangkan secara akademis, sebanyak mungkin dosen harus selesai doktor maupun guru besar (profesor). Chairil sendiri akan dikukuhkan sebagai guru besar, besok, Senin (11/5). Sebuah penghargaan atas dedikasinya dalam dunia akademis, sekaligus hadiah Hut Emas Untan.
Pada September 2007, Chairil diundang Swiss German University (SGU) di Eropa. Di dalam tampilan foto ada gaya khas Chairil, merokok. Nah, hal inilah yang diperanginya sebagai ilmuan, sebagai sosok pemimpin yang mesti bisa jadi panutan dan teladan.
Pendapat tiada merokok sulit konsentrasi berhasil ditepisnya. Apalagi tanpa rokok, tiada kawan, semua berhasil digulung Chairil dengan semangat menjadi guru. Laik digugu dan ditiru.
”Saya berkomitmen stop merokok pada 26 Desember akhir tahun lalu,” ungkap Chairil. Tak pelak tubuhnya segar dan bugar walaupun sedikit melar. Berat badannya kini bertambah beberapa kilo pertanda sehat. Sehat karena berhenti merokok. Logikanya sehat pula kantongnya karena lebih hemat. (Kalimat terakhir sekedar guyon).
Chairil dikenal sebagai biangnya rokok. Dia sudah akrab dengan sigar itu 30 tahun yang lalu. ”Bagi perokok berat, dalam masa 30 tahun, bisa stop, itu spektakuler,” nilai Ketua Jurusan Studi Asia, Oliver Pye saat bersua dengannya di ajang seminar internasional Bio Energi hasil kerjasama dengan Borneo Tribune, Tribune Institute dan Internastional Office Untan.
Chairil menarik napas panjang. Napas panjang atas pujian itu jauh lebih bercandu ketimbang candu rokok. ”Alhamdulillah saya bisa terus commited untuk tidak merokok lagi, walaupun ketemu sesama teman yang perokok berat,” katanya.
Pada 9 Mei kemarin, Chairil berulang tahun. Banyak ucapan selamat dan doa kesuksesan menuju ke arahnya, baik langsung maupun via SMS. ”Semoga panjang umur Pak Chairil,” sapaan SMS yang masuk.
Stop merokok sama dengan memperpanjang umur dan menambah deret sukses dalam hidup seseorang, tak terkecuali Chairil. Sebab sebatang rokok, katanya, sama dengan mengurangi jatah hidup satu menit. Nah, Chairil menjadi suri tauladan seorang pemimpin yang bisa stop merokok. ”Saya tak ingin seperti Mendikbud, Prof Fuad Hassan, ”katanya seraya senyum. Fuad Hassan, pintar. Tapi dia tak bisa stop merokok sampai akhir hayatnya.



Baca selengkapnya..

Koran Provinsi – Purnama 02


Jika Anda melewati ruas jalan protokol Ahmad Yani, khususnya depan Gedung Auditorium Universitas Tanjungpura, ada sesuatu yang baru. Terdapat umbul-umbul bertuliskan Borneo Tribune dan di bagian bawahnya tertera dua kalimat: Koran Provinsi – Purnama 02.
Titel Koran Provinsi adalah status yang diterima Borneo Tribune sejak 17 Oktober 2008 di mana biro-bironya tersebar di seluruh kabupaten-kota se-Kalbar dan berhak mengumumkan pariwara pengadaan barang dan jasa pemerintah. Adapun Purnama 02 adalah penanda langsung alamat Borneo Tribune yakni di kawasan Jalan Purnama nomor 02.
Posisi Koran Provinsi dan Purnama 02 sangat perlu kami tekankan karena memperkenalkan diri itu perlu. Bukan hanya perlu, tetapi memiliki arti penting dan strategis.
Di dalam ilmu agama dikatakan bahwa silaturahmi itu memperpanjang umur dan memurahkan rizki. Di dalam ilmu ekonomi, ini namanya trik marketing.
Umbul-umbul yang terpasang indah di pagar Untan itu sebagai menyemarakkan Golden Anniversary Untan di mana Borneo Tribune terlibat di dalamnya sebagi media partner. Seluruh kegiatan Golden Anniversary Untan diberikan dukungan penuh berupa liputan pemberitaan. Penuangannya melalui Borneo Tribune yang memang sebagai koran pendidikan yang secara kebetulan juga lahir di Bulan Mei. Artinya, Borneo Tribune berikut lembaga nirlabanya Tribune Institute juga berulang tahun di bulan yang sama. Oleh karena itu wajar jika antara lembaga Borneo Tribune maupun Untan saling menyokong serta saling mendukung. Menjalankan apa yang sering disebut-sebut pejabat maupun ilmuan sebagai kemitraan, sehingga tercapai apa yang dimaksud dengan efektivitas dan efisiensi. Baik secara material dan non material. Baik secara individual maupun kolegial.
Pemasangan umbul-umbul itu tidak hanya di Auditorium Untan di mana pada Senin, 11 Mei Rektor Chairil Effendi dikukuhkan sebagai guru besar, tetapi juga di kawasan Fakultas Ekonomi yang pada Dies Natalis Untan genap berusia yang ke-50.
Di Fakultas Ekonomi kerjasama Borneo Tribune dan Tribune Institute jauh lebih dalam lagi. Jika di Dies Natalis Untan keterlibatannya paling dalam adalah di lomba mewarnai, fashion show dan seminar internasional, di Fakultas Ekonomi meliputi bazar, seminar, hingga pelatihan-pelatihan.
Pembantu Dekan III, Bidang Kemahasiswaan, M Irfani Hendri yang membidangi sejumlah kegiatan di tingkat fakultas maupun universitas saat rapat bersama di Redaksi Borneo Tribune mengungkapkan bahwa kerjasama saat ini hanyalah tapakan awal menuju langkah yang lebih jauh ke depan. Langkah yang lebih jauh ke depan itu seperti poin Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat.
Ketiga poin itu pada dasarnya sama dengan motto atau semboyan Borneo Tribune-Tribune Institute yakni idealisme, keberagaman dan kebersamaan, serta keinginan melakukan perubahan peradaban di Pulau Borneo dari peradaban lisan kepada peradaban tulisan.
Penghayatan dan pengamalan kerjasama yang tentu tidak hanya di umbul-umbul karena umbul-umbul itu hanyalah simbol adalah kerja-kerja nyata secara bersama-sama. Kerjasama riset, kerjasama implementasi ilmu pengetahuan dan pengabdian pada masyarakat.
Untuk itu kami tidak sekedar ngecap, pada 27 Maret yang lalu telah ditandatangani kerjasama internasional bersama Bonn University. Riset sudah mulai berjalan. Bahkan civitas Bonn juga tampil sebagai pemateri pada seminar internasional di Untan dalam rangka Dies Natalis ke-50 maupun Hut Borneo Tribune, Tribune Institute ke-2. MoU yang tidak sekedar teken, melainkan mewujud sampai karya nyata.



Baca selengkapnya..