Sabtu, 22 November 2008

Mengibarkan Panji-panji Tribune


Pepatah yang mengatakan—jika kamu ingin panen semusim tanamlah sayur; jika kamu ingin panen setahun tanamlah padi; tetapi jika kamu ingin panen sepanjang masa maka tanamlah kebaikan—kami rasakan kebenarannya.
Borneo Tribune saat lahir sudah dengan misi pendidikan yang ruhnya menyeru kepada kabajikan. Benih-benih kebajikan kami taburkan. Caranya dengan mengeksplorasi segala kemampuan yang dimiliki untuk dibagi-bagikan kepada siapa saja yang mau belajar.
Bagi crew Tribune yang mampu menyumbang keterampilan menulis, mengajar menulis. Bagi yang piawai dalam fotografi mengajarkan teknik memotret yang baik. Bagi yang pintar memotivasi tampil menggunggah semangat untuk tampil menjadi yang terbaik. Begitupula bagi yang jago internet, mengasuh hobiis atau penggemar dunia maya secara gratis pula.
Melalui medan laga pendidikan ilmu dan keterampilan terus bertambah. Pengalaman tampil jauh ke depan pun menjadi sejarah berharga. Bahwa waktu tidak terbuang sia-sia.
Benih kebajikan itu kini berbuah. Komunitas Borneo Blogger Community yang didirikan pada 27 Juli 2007 dari dapur redaksi Harian Borneo Tribune dengan konseptor Tribune Institute berhasil menduduki peringkat ketiga dari seluruh Indonesia perihal pengembangan agregat dunia maya. Jumlah anggota yang semula hanya belasan orang tumbuh pesat dalam setahun mencapai angka puluhan ribu di mana masing-masing preview halaman per anggota telah mencapai angka ribuan, bahkan ada anggota yang sudah menembus angka enam digit. Jutaan! Untuk itu silahkan kunjungi borneoblogger.com.
Blog, multiplay, wordpress, atau apapun namanya kini ibarat jamur tumbuh di musim hujan. Dunia maya ini menjadi medium baru bagi pertukaran informasi, pengalaman, bahkan perdagangan. Tak sedikit anggota yang panen uang gara-gara mengurusi web ini dengan serius.
Borneo Blogger Community yang kami singkat BBC telah menampilkan tokoh Tonton Taufik dan Luis Wulandari sebagai contoh bagi mereka yang berhasil menjala rupiah via internet. Sejumlah pelatihan kami gelar tanpa kenal lelah. Tetapi hal ini pula yang mendorong tumbuh kembangnya BBC di Kalbar dan kepulauan Borneo. Tak urung pada Pesta Blogger di Jakarta pada Sabtu, 22 November (hari ini, red) BBC diundang secara khusus.
Kami mengutus Asriyadi Alexander Mering dkk. Dus, satu tim pun “terbang” ke Jakarta dengan disponsori Heart of Borneo, Flexi, maupun Pemprov Kalbar.
Di hari yang sama anak asuh redaksi, Agus Wahyuni yang juga Kepala Biro Kabupaten Sambas beruntung mendapatkan beasiswa pendidikan jurnalisme investigative yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara di Jakarta dengan tingkat seleksi yang ketat. Agus Wahyuni akan belajar selama 23-29 Nopember dan untuk sementara pos liputannya di Kabupaten Sambas digantikan oleh Herkulanus Agus. Agus—sapaannya—sudah berpengalaman selaku kepala biro, khususnya Sanggau dan pos sesungguhnya saat ini adalah di Kota Pontianak. Di Kota Pontianak sendiri cukup banyak reporter yang bertugas sehingga tetap selaras, serasi dan seimbang.
Panji-panji Tribune terus berkibar karena dikibarkan oleh ruh yang punya bara api menyala-nyala untuk menyuluh. Menyeru kepada kebajikan, serta mencegah dari kesia-siaan.
Kami sadar bahwa sesungguhnya Tribune ini kecil jika dibandingkan dengan karya-karya besar kelas dunia. Tetapi kami terus berusaha mengibarkan panji-panji Tribune untuk terus besar menjulang sesuai kemampuan yang kami miliki. Kami ingin lebih dalam lagi menyelami domain kebajikan yang ibarat samudera tak bertepi ini. Untuk itu kami mohon dukungan dari Anda pembaca yang budiman. Dengan kenbersamaan hasilnya pasti akan lebih sempurna. Salam.








Baca selengkapnya..

Jumat, 21 November 2008

Pejabat Baru Semangat Baru

Tugas baru, semangat baru. Kenyataan itu kerap kita dapatkan di negeri zamrut khatulistiwa ini.
Tak hanya di pemerintahan, hal serupa terjadi di instansi Polri. Kapolri baru, Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri saat memberikan pengarahan di Mapolda Kalbar, Kamis (20/11) menegaskan program pemberantasan premanisme selain memberantas segala praktik ilegal seperti illegal logging (pembalakan hutan), illegal fishing (pencurian ikan), illegal mining (tambang liar), hingga woman trafficking (perdagangan perempuan).
Sebelumnya, Kapolri Jenderal Sutanto yang digantikan Bambang menerima amanah dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk memberantas korupsi, premanisme, hingga illegal logging.
Kapolri Sutanto ketika itu dengan jabatan baru, semangat baru berupaya menjalankan tugas dengan baik. Tak urung dia meski berhadapan dengan rekan sekabinet sendiri, seperti Menhut MS Kaban. Keduanya tak urung saling tuding siapa di balik layar praktik illegal logging.
Presiden SBY tentu saja menjadi penentu melalui aturan atribut ketatanegaraan. Hasilnya pemeriksaan terhadap kasus per kasus terus berjalan sebagaimana komitmen awal SBY memimpin RI pasca Pilpres secara langsung buat pertama kali di tahun 2004, di mana dampaknya juga terasa di Kalbar di mana serombongan pejabat dinas kehutanan maupun Polres ditangkap di Ketapang akibat lalu lalangnya praktik illegal logging.
Kapolri Bambang mengingatkan kasus Ketapang jangan sampai berulang. Ini tentu saja sebuah ”warning” bagi pejabat Kapolda Brigjen Pol Drs R Natakesuma yang memang diwanti-wanti bertugas untuk memberantas illegal logging. Natakesuma adalah bagian dari pejabat yang mendapat promosi sebagai Kapolda menggantikan Zainal Abidin Ishak. Zainal sendiri kendati dinilai sukses mengawal Pilkada Gubernur pada akhir 2007, tapi dinilai gagal dalam memberantas praktik illegal logging—walaupun Zainal berkilah bahwa selama ini dia telah sungguh-sungguh serta mendapat laporan ABS (asal bapak senang) dari stafnya di Polres Ketapang.
Pejabat sebelumnya, Brigjen Nanan Sukarna dinilai bersih. Dia membaiat—istilah dalam agama Islam—untuk membulatkan tekat maupun komitmen agar semua anggota Polri di Kalbar untuk anti-KKN (korupsi, Kolusi dan Nepotisme). Tak urung pin dipasang di dada setiap anggota sebagai bukti ”perang” melawan KKN. Selain baiat, Nanan juga ”membaiat” sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing anggota.
Pada masa itu aksi premanisme hingga praktik ilegal terbukti susut. Keamanan dirasakan masyarakat sehingga Nanan diminta untuk terus dipertahankan di Kalbar sehingga lahir guyonan bahwa Nanan tak bisa naik pangkat jika selamanya berada di Kalbar.
Nanan saat itu mengatakan bahwa Kalbar adalah Provinsi Ilegal. Maksudnya adalah terlalu banyak praktik-praktik ilegal di provinsi yang berbatasan langsung darat dan laut ke Negeri Jiran. Oleh karena itu perlu dilakukan terobosan moril-materil serta pengorbanan.
Lalu roda waktu terus bergulir. Mutasi demi mutasi mengiringi perjalanan pembangunan di Kalbar pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Di Kalbar menjabat Kapolda baru dengan semangat baru, di jajaran petinggi Polri juga bertugas pejabat baru dengan semangat baru.
Tetapi semangat saja tentu tidak cukup. Untuk menyukseskan program memberantas segala hal ihwal ilegal di Provinsi Ilegal apalagi ditambah pemberantasan premanisme tidaklah segampang membalik telapak tangan. Dibutuhkan operasi yang simultan.
Operasi itu tidak cukup hanya operasi seremonial oleh polisi di mana para pencoleng masuk sel, tetapi harus simultan. Lapangan pekerjaan harus terbuka dengan pendapatan yang cukup.
Anak usia sekolah harus mendapat perhatian sehingga generasi muda bangsa punya ilmu dan keterampilan yang cukup sehingga mereka tidak menjadi sampah dan duri masyarakat.
Polri dan pemerintah serta swasta harus saling bekerjasama untuk mewujudkan tatanan wilayah yang aman dan sejahtera. Termasuk kita juga. Perubahan menuju kebaikan harus dimulai dari diri sendiri, hal yang kecil-kecil, dan harus dimulai sejak detik ini juga. Tidak menunggu besok, lusa dan tahun depan. Dengan demikian kita secara bersama bisa mempertahankan setiap hari adalah hari baru bagi kita dengan semangat baru pula. Tanpa harus menunggu pangkat maupun jabatan baru.




Baca selengkapnya..

Mengikat Hubungan Lokal, Nasional dan Internasional

Dunia nyata saat ini terasa semakin kecil. Hubungan antara satu negara dengan negara lain sudah tidak sejauh setengah abad yang lalu di kala teknologi belum secanggih sekarang. Di abad modern ini, jarak sudah dipersempit dengan kendaraan darat, laut, terlebih udara yang super canggih.
Zaman super canggih ini pun terus melesat ke tingkat maya melalui perkembangan internet. Dunia sudah di depan mata. Sekali klik, kita sudah bisa berada di Amerika. Klik berikutnya, kita sudah bisa browse di seantero Jepang. Begitu seterusnya, kita bisa melanglangbuana ke segala penjuru dunia.
Melalui saluran teknologi canggih seperti itu, tergantung kepada kita mau diapakan kekayaan informasi itu. Mau positif, ataupun negatif.
Ketakutan sejumlah orang tua di Kalbar masih sangat terasa dengan kemajuan sain dan teknologi ini. Bahkan pernah diberitakan oleh Borneo Tribune, bahwa ada orang tua yang melarang putra-putrinya membuka internet di cyber-cyber cafe atau warnet. Alasannya jelas. Orang tua ini takut putra-putrinya tersesat di hutan belantara internet yang syur dan glamour.
Harian Borneo Tribune dengan lembaga nirlaba, Tribune Institute bisa merasakan ketakutan orang tua seperti itu. Oleh karenanya, Borneo Tribune bergandengan tangan bersama Tribune Institute bersama partnership menjembatani berbagai pihak untuk dapat memetik manfaat-manfaat positif dari kemajuan sain dan teknologi itu. Ditambah satu catatan penting: kita merengkuh kemodernan, kemajuan, maupun pembangunan/development, tetapi tidak melupakan khazanah budaya yang kita miliki. Budaya itu adalah budaya timur yang mengedepankan kesopan-santunan, busana yang elegan, tata bahasa yang halus, maupun tata krama dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan to the point-nya, kita adalah masyarakat yang relijius. Yakni masyarakat yang taat akan agama. Ketaatan akan agama tercermin lewat prilaku yang mulia serta menjunjung tinggi nilai-nilai moral.
Melalui model pendekatan pendidikan yang syarat nilai di visi-misi Borneo Tribune-Tribune Institute selama ini telah terjalin program-program kerjasama lokal, nasional dan internasional. Kami terus bergandengan tangan dengan semangat persahabatan.
Di tingkat lokal seabrek-abrek kegiatan terjalin secara mutual seperti diskusi, seminar, workshop atau lokakarya. Seperti menjelang Pilkada Kota kemarin, telah terjalin kerjasama bersama Komisi Pemilihan Umum untuk membedah visi-misi maupun program aksi setiap pasangan kandidat.
Di tingkat nasional, pada medio 10-14 Nopember nanti akan kembali kami selenggarakan Kursus Menulis Narasi. Kegiatan ini bekerjasama dengan Pantau Foundation dan EC-Indonesia FLEGT Support Project.
Di tingkat internasional, Borneo Tribune dan Tribune Institute menjadi partner kegiatan Kedutaan Besar Amerika Serikat melalui American Corner. Pada sisi lain sejak 1 Oktober lalu telah terjalin hubungan kerjasama dengan Bonn University di mana 6 mahasiswa-mahasiswi Jerman mengikuti magang atau internship program di ruang redaksi. Mereka belajar Bahasa Indonesia dan jurnalisme, sedangkan awak media Borneo Tribune dan Tribune Institute nge-charge-capacity building. Khususnya belajar Bahasa Inggris dan kebudayaan.
Tak heran jika para tamu bertandang ke kantor redaksi, lantas mata mereka tertaut dengan si mata biru dan rambut blonde. “Eit, di Borneo Tribune ada bule ya?” tanya Doni HA Aswin kala datang bertandang suatu hari.
“Iya, mereka magang di sini.”
“Hebat dong, Borneo Tribune bisa jadi tempat magang kampus universitas besar di Jerman,” sambung Doni.
“Garap terus supaya Borneo Tribune melangkah jauh lebih cepat,” timpalnya.
Rhonald Kasali seorang jurnalis-cum akademisi di dalam bukunya: Change, menegaskan, “Jika mau maju, dapatkan dukungan dari dalam maupun dari luar.” Dan itulah yang dilakukan Borneo Tribune tanpa kenal lelah.
Upaya itu kami sampaikan ke haribaan pembaca sebagai bentuk transparansi dan pertanggungjawaban publik. Kami merasa dukungan pembaca amat sangat besar artinya bagi kami secara internal maupun eksternal.
Tapi Pembaca yang budiman, kami sadari bahwa sesungguhnya kami belum berbuat apa-apa. Oleh karena itu terus dukung dan supportlah kami. Semoga karya nyata kami, atau kita semua akan membawa manfaat mondial di Kalbar secara bersama-sama pula. Amiin.



Baca selengkapnya..

Narative Reporting untuk Pontianak


Kesibukan di Harian Borneo Tribune bertambah sepekan terakhir ini. Ada kegiatan Narative Reporting untuk Pontianak yang bakal digelar pada Senin, 10-14 Nopember esok.
Koordinasi dilakukan dengan super intensif karena target kegiatan ini adalah super sukses. Tidak hanya super sukses secara formal fisik material, tapi juga pada psikis moral spiritual.
Asriyadi Alexander Mering selaku koordinator program dari lembaga pendidikan nirlaba milik Harian Borneo Tribune, yakni Tribune Institute telah mengatur sekaligus menyiapkan segala sesuatunya. Baik lokasi, materi dari berbagai buku dan karya jurnalistik kelas dunia, instruktur hingga pendaftaran peserta.
Tujuan kegiatan Narative Reporting untuk Pontianak ini tiada lain adalah untuk meningkatkan mutu jurnalisme di Kalimantan Barat. Jumlah peserta yang terdaftar sebanyak 20 orang terdiri dari kalangan jurnalis, akademis, mahasiswa, aktivis LSM, hingga advokat.
Instruktur yang hadir tak kepalang tanggung. Dia adalah suhu jurnalisme bergenre narative, atau jurnalisme sastrawi di Indonesia, Andreas Harsono. Tokoh muda alumni Newman Fellowship, Paman Sam yang juga murid dari Nabinya Jurnalisme AS, Bill Kovack ini bertabur bintang penghargaan. Tulisan-tulisannya dihargai setaraf penulis kaliber dunia.
Ide Narative Reporting untuk Pontianak ini sendiri bermula dari kasus Gang 17 sebagai letupan terakhir yang relatif massif di Kota Pontianak sebagai bagian dari rangkaian panjang sejarah kelam konflik anarkis di Kalbar. Andreas Harsono mengulasnya secara mendalam dengan teknik narasi atau bercerita. Tulisan yang berbobot itu telah dimuat di Gatra dan Laporan Khusus di Harian Borneo Tribune.
Banyak pihak yang menganga mendapatkan laporan itu. Diskursus dan diskusi jadi panas, namun dalam terminologi kedamaian. Tak urung tokoh Kalbar yang menetap di Jakarta, Frans Chai mengusulkan perlunya upaya-upaya cerdas untuk membuat Kalbar menjadi aman bestari.
Andreas mengusulkan agar kualitas jurnalis di Kalbar ditingkatkan. Caranya adalah dengan pendidikan kewartawanan. Pendek cerita, jadilah Workshop Narative Reporting yang bakal dihelat di Hotel Peony ini.
Karena tujuannya sangat mulia, banyak pihak yang bersedia urun tangan langsung maupun tidak langsung. Sedikitnya ada 8 lembaga yang bersinergi. Mulai dari Uni Eropa, Dephut, FLEGT Support Project, Gajahmada Hotel, Eka Tjipta Foundation, Pantau Foundation, Harian Borneo Tribune dan Tribune Institute.
Awak media yang terlibat meliputi media cetak dan elektronik. Baik media lokal maupun perwakilan media nasional di Kalbar.
Bagi Anda yang tertarik untuk juga bisa menulis secara mendalam dengan teknik Narative Reporting dan membawa manfaat bagi kemajuan Kalbar pada khususnya dan Indonesia pada umumnya, kami anjurkan untuk daftar pada gelombang kedua. Kami akan menghelat acara seperti ini secara gradual.




Baca selengkapnya..

Bermula dari Ketiadaan Menuju Tribune-Plex


Semangat. Tidak ada satu kekuatan yang bisa mengalahkan semangat. Hal itulah yang terasa dari penyelenggaraan Kursus Narative Reporting yang diselenggarakan 10-14 November di The Roof Café Hotel Peony.
Dari sisi administrasi, peserta, hingga dana, semua dimulai dari tiada. Tetapi semangat melambung tinggi bagaikan mimpi.
Semangat yang menjulang tinggi ibarat mimpi itu oleh koordinator program, Asriyadi Alexander Mering bersama Ketua Yayasan Tribune Institute, Dwi Syafriyanti dielaborasi sedemikian rupa ke tingkat konsep jadi. Konsep inilah yang dijalankan sebagai action-plan.
Dream yang menjadi action-plan digali dari semua lini pada pertemuan demi pertemuan. Baik yang non formal, informal, sampai rapat formal yang digelar secara khusus di meja bundar ruang redaksi.
Hasilnya? Blue-print program terbentang panjang. Banyak hal yang dideder dan diramukan. Sebagai contoh visi yang hendak dituju adalah perubahan peradaban dari lisan kepada tulisan. Titik sentuhnya pendidikan.
Kami semua sadar bahwa merubah peradaban itu tidak seperti membalik telapak tangan. Dibutuhkan proses dan semangat tanpa kenal lelah.
Kami sadar visi kami besar. Semua itu ibarat ingin memeluk gunung tapi apa daya tangan tak sampai.
Dengan kesadaran kecilnya tangan-tangan kami sebagai pelaksana, maka hanya kebersamaan yang merupakan kata kunci untuk dilakukan. Bahkan hanya dengan kebersamaan itu kami bisa menggapai mimpi-mimpi.
Sebuah program pendidikan kepenulisan bernama “Narative Reporting untuk Pontianak” yang lebih serius dari yang sudah-sudah sudah pernah kami laksanakan berhasil dicapai dengan target peserta 20 orang. “Tetek bengek” administrasi berjalan sebagaimana mestinya, serta dana yang semula tiada, bisa terpenuhi dengan impas.
Pembaca. Semangat belajar di center of excellent ini menjadi ruh sekaligus jiwa Borneo Tribune Cq Tribune Institute.
Kami semua dengan semangat kebersamaan belajar untuk menyelenggarakan kegiatan dengan standar yang profesional, belajar untuk memberikan service excellent. Kami mohon dukungan agar Tribune-Plex (Tribune Complex, red) bisa benar-benar tumbuh menjadi center of excellent. Pusat keunggulan lokal di Kalbar.





Baca selengkapnya..